Banyak Sentimen Positif IHSG Bangkit Lagi, Saatnya Nge-Gas?

4 days ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen di pasar memang cepat berubah, kini sudah mulai ada banyak sentimen positif yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bangkit lagi.

CNBC Indonesia memantau pada akhir perdagangan sesi I pada hari ini, Kamis (6/3/2025), IHSG berhasil menguat 1,64% menuju posisi 6.638,72.

IHSG yang menghijau ini jika berakhir sampai akhir sesi dua nanti akan menandai penguatan selama dua hari beruntun dan menjaga apresiasi mingguan yang kini mencapai 2,36%

Secara teknikal, kami melihat posisi IHSG sekarang tepat menguji resistance Moving Average (MA) 20 daily. Jika posisi ini ditembus ke atas akan semakin membuka peluang IHSG ke resistance selanjutnya di level 6875.

Sebaliknya, jika MA20 tertahan maka potensi selanjutnya adalah IHSG bergerak sideways dengan support terdekat yang diantisipasi dilevel 6500.

IHSGFoto: Tradingview
IHSG

Kami merekap beberapa hal yang bisa menjadi sentimen positif untuk kebangkitan IHSG, utamanya dari eksternal akibat efek tarif trump yang membuat the greenback melandai sehingga ada harapan kekuatan rupiah kembali, tekanan keluar dana asing mereda, sampai efek dari dalam negeri terkait banyak emiten yang melakukan buyback

1. Ekonomi AS Gonjang-Ganjing, Ekspekasi Cut Rate Jadi 3 Kali

Jika beberapa waktu lalu kita berbicara ekonomi Amerika Serikat (AS) masih kuat karena pasar tenaga kerja mereka masih ketat dan perlambatan laju cut rate the Fed. Story itu sekarang mulai berubah.

Efek tarif trump yang memicu perang dagang lalu efisiensi besar-besaran yang dilakukan Departement of Government Efficiency (DOGE) dibawah kepemimpinan Elon Musk kini sudah menampakkan efeknya.

Sekitar sebulan sejak dibentuk, DOGE sudah bisa memberikan efisiensi lebih dari US$ 50 miliar atau setara lebih dari Rp900 triliiun. Di balik efisiensi itu, ternyata banyak terjadi pemutusahan hubungan kerja yang dikahawatirkan akan membuat angka pengangguran melonjak.

Pada besok Jumat (7/3/2025), kita akan mencermati data terkini tingkat pengangguran sampai penambahan pekerjaan di luar pertanian AS yang potensi mempengaruhi kondisi ekonomi lebih lanjut.

Sementara itu, soal tarif kini sudah digulirkan lagi untuk Kanada dan Meksiko sebesar 25%, sementara China menjadi 20%. Sejauh ini, Kanada dan China sudah melakukan aksi balasan.

Tarif trump ini dampaknya akan membuat harga-harga barang naik. Imbasnya, inflasi akan tetap ketat.

Dari kondisi ini kini muncul kekhawatiran stagflasi ke negeri Paman Sam ini karena pertumbuhan ekonomi juga melandai.

Harapan kini tertuju pada the Fed yang potensi bisa menurunkan suku bunga sebagai langkah antisipasi ekonomi AS yang kontraksi. Menurut data CME FedWatch Tool, kini proyeksi cut rate menjadi tiga kali dari yang sebelumnya hanya dua kali saja.

Potensi bisa terjadi paling cepat pada Juni, kemudian berlanjut pada September dan Desember 2025.

Potensi Pemangkasan Suku Bunga the FedFoto: CME FedWatch Tool
Potensi Pemangkasan Suku Bunga the Fed

2. DXY Melandai, Beri Kekuatan Untuk Rupiah

Efek dari pelemahan ekonomi AS dan prospek laju cut rate bertambah ini juga mulai terasa pada kekuatan the greenback yang mulai melandai.

CNBC Indonesia memantau DXY pada hari ini (6/3/2025) pukul 13.30 WIB terpantau turun 0,05% ke posisi 104.21. Penyusutan ini jika berlangsung lagi akan menandai empat hari beruntun DXY dalam zona merah.

Pelemahan dolar AS ini menjadi kabar positif bagi Indonesia karena bisa membangkitkan kekuatan rupiah.

Dan, ini tercermin dari pergerakan mata uang Garuda yang sudah menguat ke kisaran Rp16.300/US$ dari beberapa hari lalu yang sempat mencapai level terpuruk sepanjang masa di atas Rp16.600/US$.

3. Buyback Saham Perbankan Besar RI

Sentimen positif berikutnya datang dari aksi korporasi buyback yang sudah digulirkan emiten bank besar Tanah Air.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) salah satunya yang sudah mulai buyback saham-nya dengan modal yang disiapkan mencapai Rp3 triliun.

Bank pelat merah yang fokus di holding ultra mikro itu telah melaksanakan Buyback dalam rangka program kepemilikan saham pekerja, dan/atau Direksi dan Dewan Komisaris sejak tahun 2015.

Program tersebut merupakan bagian dari upaya Perseroan untuk mendorong engagement pekerja terhadap keberlanjutan peningkatan kinerja Perusahaan dalam jangka panjang.

Berdasarkan sumber dana yang digunakan, maka aset dan ekuitas diperkirakan akan menurun sebesar- besarnya sejumlah perkiraan nilai buyback ditambah Perkiraan biaya buyback. Pelaksanaan buyback 2025 tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan, ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan.

Selain bank BRI, bank himbara lain juga tak kalah mau buyback yaitu Bank BNI.

BBNI berencana melakukan pembelian kembali saham atau buyback sebanyak-banyaknya sebesar Rp905 miliar atau 10% dari total modal disetor.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan meskipun dalam sepuluh bulan pertama tahun 2024 bank pelat merah itu berkinerja baik secara tahunan (yoy), saham BBNI terus mengalami tekanan pada akhir tahun lalu. Terutama dengan adanya sentimen negatif pasca hasil pemilu di Amerika pada bulan November 2024, yang memberikan tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Tekanan pada saham BBNI juga mulai terasa sebagai dampak concern investor atas kondisi ketidakstabilan geopolitik dan kondisi makro ekonomi Indonesia seputar kondisi likuiditas dan pelemahan kurs," terang Okki dalam keterbukaan informasi yang dikutip Rabu (5/2/2025).

Bank Mandiri juga rencana melakukan pembelian kembali saham (buyback) perusahaan senilai RP 1,17 triliun. Namun, aksi korporasi tersebut masih akan menunggu keputusan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mendatang.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen perusahaan mengungkapkan Bank Mandiri memiliki rencana untuk melakukan Buyback Perseroan yang telah dikeluarkan dan tercatat di BEI beserta rencana pengalihan saham hasil Buyback sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 Tahun 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |