Donald Trump Buka Suara soal Resesi AS di 2025, Ini Katanya

9 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump buka suara soal kemungkinan negeri itu akan resesi tahun ini. Hal tersebut dikatakannya dalam sebuah wawancara yang ditayangkan Minggu waktu setempat, mengutip AFP, Senin (10/3/2025).

"Saya tidak suka memprediksi hal-hal seperti itu," katanya kepada pewawancara Fox News ketika ditanya langsung tentang kemungkinan resesi di 2025.

"Ada masa transisi, karena apa yang kami lakukan sangat besar. Kami membawa kekayaan kembali ke Amerika," tambahnya.

"Butuh sedikit waktu."

Perlu diketahui, ancaman tarif Trump yang muncul terhadap Kanada, Meksiko, China dan negara-negara lain telah membuat pasar keuangan AS bergejolak. Bahkan ini membuat konsumen tidak yakin apa yang akan terjadi tahun ini.

Pasar saham AS, Wall Street, mengalami minggu terburuk pekan lalu, sejak pemilihan umum November yang memberi Trump kesempatan menjabat lagi. Indeks S&P turun 3,1% sementara Nasdaq Composite merosot 3,5% dan Dow Jones Industrial Average kehilangan 2,4%.

Ukuran kepercayaan konsumen menurun- karena pembeli yang sudah terpukul oleh inflasi selama bertahun-tahun harus bersiap menghadapi harga yang lebih tinggi yang dapat ditimbulkan oleh tarif. Sementara pemutusan hubungan kerja (PHK) meluas karena efisiensi yang dilakukan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) pemerintah di bawah pimpinan miliuner Elon Musk.

Pernyataan Trump juga ditegaskan Menteri Perdagangan Howard Lutnick. "Sama sekali tidak," katanya dalam program "Meet the Press" NBC.

Kontraksi 2,4%


Sebelumnya indeks Federal Reserve Atlanta memprediksi kontraksi 2,4% dari pertumbuhan PDB riil AS pada kuartal pertama tahun ini. Ramalan itu, jika terbukti benar, akan menjadi hasil terburuk sejak puncak pandemi Covid-19.

Kebijakan Trump yang berubah-ubah, termasuk tanggal efektif dan sektor sasarannya menjadi penyebab. Bisnis tak menemukan kepastian sedangkan investor mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

Penasihat ekonomi utama Trump, Kevin Hassett sempat menanggapi apakah kebijakan tarif sebenarnya hanya sementara atau mungkin permanen. Ia menegaskan ini bergantung pada perilaku negara-negara yang menjadi sasaran.

"Jika mereka gagal menanggapi secara positif ... hasilnya bisa berupa keseimbangan baru dari tarif yang berkelanjutan," ujarnya.

Sebenarnya dalam pidato kenegaraan Selasa, Trump sempat memberi tahu warga AS untuk mengantisipasi "sedikit gangguan" saat tarif berlaku seraya menegaskan "kita akan baik-baik saja" dan "itu tidak banyak".

Menteri Keuangan Scott Bessent juga telah memperingatkan tentang "periode detoksifikasi".

Peluang Resesi

Perlu diketahui, ketidakpastian ekonomi membuat para ekonom mengeluarkan sinyak kehati-hatian. Peluang resesi menjadi meningkat.

Para ekonom di Goldman Sachs, mengutip kebijakan Trump, telah meningkatkan peluang mereka untuk terjadinya resesi selama 12 bulan ke depan dari 15% menjadi 20%. Dan Morgan Stanley meramalkan "pertumbuhan yang lebih lambat tahun ini" daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Resesi umumnya didefinisikan sebagai pertumbuhan PDB yang lemah atau negatif dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun. AS sempat mengalami resesi pada awal tahun 2020 saat pandemi Covid menyebar di mana jutaan orang kehilangan pekerjaan.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: AS Diskusi Dengan Hamas Bahas Warga Yang Jadi Sandera

Next Article Elon Musk Bagi-Bagi Rp15 M, Ini Syaratnya

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |