Efek Trump Berulah, Gerak Saham Batubara Makin Tiarap!

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Gerak saham emiten baru bara makin tiarap seiring dengan harga komoditas acuan-nya yang longsor mendekati US$ 100 per ton. Ditambah, sentimen Trump yang berulah lagi ingin menambah pasokan energi fosil itu.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 13 Maret 2025 tercatat sebesar US$106,75/ton atau turun 0,7% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 12 Maret 2025 yang sebesar US$107,5/ton.

Pelemahan harga batu bara ini merupakan yang ketiga kalinya sejak 11 Maret 2025.

Dilansir dari asian-power.com, impor batu bara India dari April hingga Desember 2024 mencapai 183,42 juta ton (MT), turun 8,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menurut Kementerian Batu Bara, impor untuk pencampuran oleh pembangkit listrik tenaga uap turun 29,8%, meskipun pembangkit listrik berbasis batu bara meningkat 3,53%. Hal ini mencerminkan upaya berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara impor dan meningkatkan swasembada dalam produksi batu bara.

Penurunan impor ini menghasilkan penghematan devisa sekitar US$5,43 miliar.

Pemerintah India telah menerapkan berbagai inisiatif, termasuk Penambangan Batu Bara Komersial dan Misi Batu Bara Kokas, untuk meningkatkan produksi batu bara dalam negeri dan mengurangi impor. Upaya ini telah mendorong pertumbuhan produksi batu bara sebesar 6,11% dari April hingga Desember 2024.

Sementara di Amerika Serikat, Departemen Dalam Negeri pada Kamis mengumumkan pemerintahan Presiden Donald Trump menyetujui rencana untuk memperluas tambang batu bara di Montana dan memperpanjang masa operasionalnya selama 16 tahun. Langkah ini sejalan dengan tujuan Presiden Donald Trump untuk meningkatkan produksi bahan bakar fosil di AS.

Perluasan ini akan menambah pasokan di dunia sehingga harga bisa tertekan.

Tambang Spring Creek di Big Horn County dioperasikan oleh Navajo Transitional Energy Company (NTEC).

Ekspansi ini akan memungkinkan penambangan 39,9 juta ton batu bara selama 16 tahun ke depan.

Adapun, nyaris selama tiga bulan terakhir setelah Trump dilantik, saham-saham batu bara juga mengalami tekanan yang signifikan, mencerminkan tren penurunan yang tajam di sektor ini.

Saham BUMI dan HRUM menjadi dua emiten dengan penurunan terdalam, masing-masing anjlok 35,66% dan 35,40%, mencerminkan sentimen negatif yang kuat terhadap industri batu bara.

AADI juga mencatat pelemahan yang cukup dalam sebesar 29,62%, sementara ITMG dan AIMS masing-masing merosot 16,97% dan 16,74%. Saham PTBA tak luput dari tekanan, turun 11,87%, diikuti oleh BSSR yang melemah 6,19%. Sementara itu, INDY mencatat penurunan paling kecil, yakni 2,80%.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |