Jakarta, CNBC Indonesia - BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID satu-satu terus mewujudkan proyek hilirisasi di dalam negeri. Melalui anak-anak usahanya, MIND ID berhasil mendirikan proyek pendukung industri di masa depan.
Yang terbaru adalah proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase 1 milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bersama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang berlokasi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
Proyek SGAR1 ini, pada Selasa (29/4/2025) telah mengirim sebanyak 21.467 metrik ton alumina ke pabrik aluminium milik Inalum di pabrik aluminium di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
"Pengiriman perdana alumina dari SGAR ke Inalum adalah jalan untuk mewujudkan kemandirian aluminium nasional. Hari ini, kita menyaksikan hasil kerja keras selama bertahun-tahun untuk menghadirkan nilai tambah di dalam negeri," ucapnya saat seremoni penerimaan alumina perdana di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, dikutip Jumat (2/5/2025).
Sebagaimana diketahui, proyek SGAR1 PT Borneo Alumina Indonesia di Mempawah, memiliki kapasitas produksi hingga 1 juta ton alumina per tahun. Proyek ini dirancang untuk mendukung pengolahan bauksit domestik secara mandiri.
Dari 1 juta ton alumina yang dihasilkan, 500.000 MT akan digunakan oleh Inalum sebagai bahan baku utama produksi aluminium. Sedangkan 500.000 MT lainnya akan dialokasikan untuk memenuhi permintaan pasar.
Di samping itu, dampak berganda proyek SGAR juga mampu membawa dampak positif bagi Kabupaten Mempawah. Selain penyerapan tenaga kerja, juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Proyek SGAR direncanakan akan terbagi ke dalam 2 fase dengan total estimasi biaya investasi sebesar US$ 1,7 miliar.
Proyek SGAR Fase 2 merupakan ekspansi dari Proyek SGAR Fase 1 yang juga akan berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat dan juga akan memiliki kapasitas produksi alumina hingga sebesar 1 juta ton per tahun dengan target operasi pada 2028.
Melalui pengoperasian Proyek SGAR Fase 1 dan Fase 2, produksi alumina domestik akan meningkat menjadi sebesar 2 juta ton per tahun dengan penyerapan mineral bijih bauksit hingga mencapai 6 juta ton per tahun.
Komitmen Hilirisasi
Sementara itu, Antam bersama dengan Contemporary Brunp Lygend (CBL) konsorsium dari raksasa produsen baterai asal Tiongkok Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) mengembangkan ekosistem baterai EV atau Antam biasa menyebutnya sebagai Proyek Dragon.
Ditargetkan, pabrik Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan Kawasan Industri Buli di Halmahera Timur, Maluku Utara, itu mulai konstruksi pada tahun 2025 ini.
Tak cuma itu, Antam juga segera membangun pabrik High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di kawasan industri tersebut.
Terbesar di Dunia
Salah satu anggota Holding MIND ID yakni PT Freeport Indonesia juga sudah berhasil mengoperasikan smelter konsentrat tembaga single line terbesar di dunia di Gresik, Jawa Timur.
Smelter tembaga ini bisa menambah kapasitas input produksi tembaga di Indonesia menjadi total 3 juta ton dengan hasil katoda tembaga sebesar 900 ribu ton per tahunnya.
Produksi katoda tembaga melalui smelter tersebut membuat Indonesia tidak lagi mengekspor konsentrat tembaga. Kebutuhan aluminium di Indonesia diperkirakan mencapai 1,2 juta ton. 56% kebutuhan aluminium masih diimpor.
Total nilai investasi kumulatif untuk proyek smelter Manyar Gresik yang menempati lahan seluas 100 hektare itu menembus Rp 58 triliun. Smelter ini mampu mengolah konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi hingga 1,7 juta ton setelah beroperasi penuh.
Produk katoda tembaga yang dihasilkan bisa mencapai 600.00-700.000 ton per tahun, menghasilkan 50 ton emas per tahun. Bahkan, selain menghasilkan produk katoda tembaga, smelter ini akan menghasilkan produk sampingan diantaranya produk yang terkandung dalam lumpur anoda yakni emas dan perak murni sebanyak 6 ribu ton per tahun.
Produk sampingan lainnya yaitu asam sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum sebanyak 150 ribu ton per tahun. Tak hanya itu, smelter juga mendorong lahirnya industri turunan katoda tembaga, seperti kabel hingga ekosistem kendaraan listrik (electrical vehicle/EV).
Pertama di Dunia
Anggota lainnya, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memulai pilot project konversi batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet untuk bahan baku baterai Lithium-ion (Li-ion). Konversi batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet ini merupakan yang pertama di dunia.
Artificial Graphite merupakan bahan utama untuk pembuatan anoda. Adapun Anode Sheet adalah elektroda tempat terjadinya reaksi oksidasi (kutub positif), salah satu komponen penting untuk baterai Li-ion.
Dirut PTBA Arsal Ismail sebelumnya mengatakan, pengembangan batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet merupakan wujud komitmen PTBA dalam mendukung kebijakan Pemerintah untuk mendorong hilirisasi batu bara serta menjaga ketahanan energi nasional.
"Bukit Asam ingin menghadirkan energi tanpa henti untuk negeri. Salah satu upaya yang kami lakukan yakni dengan mewujudkan industri batu bara dengan clean technology di Indonesia. Implementasi Anode Sheet berbahan baku batu bara ini merupakan yang pertama di dunia, sehingga dapat menjadi salah satu terobosan penting dalam hilirisasi batu bara. Pengembangan batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet juga akan mendukung kemajuan industri kendaraan listrik di dalam negeri," ujar Arsal.
Kebutuhan Artificial Graphite dan Anode Sheet akan semakin meningkat di masa mendatang, seiring dengan pertumbuhan industri kendaraan listrik. Tak hanya untuk industri kendaraan listrik, Artificial Graphite dan Anode Sheet juga dibutuhkan industri-industri lain seperti industri penyimpanan energi, elektronik hingga peralatan medis.
Hilirisasi tersebut sejalan dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, serta mendukung pencapaian target Net Zero Emission (karbon netral) pada 2060 atau sebelumnya.
Logam Tanah Jarang
PT Timah Tbk (TIMAH) punya siasat untuk mengakselerasi pengembangan mineral logam tanah jarang (LTJ) atau Rare Earth Element dengan mengembangkan Pilot Plant Logam Tanah Jarang (LTJ) di Tanjung Ular, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pilot Plant LTJ ini merupakan bentuk komitmen TIMAH dalam mendukung program hilirisasi mineral nasional yang selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo yakni 'Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri'.
TIMAH bersama MIND ID selaku BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia terus melakukan upaya percepatan pengembangan LTJ. Fokus utama saat ini adalah revitalisasi dan modifikasi Pilot Plant sebagai fasilitas pengolahan monasit untuk dapat dimanfaatkan kembali sebagai bagian dari pengembangan LTJ.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Strategi MIND ID Hadapi Fluktuasi dan Komoditas Global
Next Article Bawa Perubahan, Selly Adriatika Raih Penghargaan Ini