loading...
Warga memasak di antara puing bangunan di Gaza. Foto/MEE
JALUR GAZA - Hamas menuduh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merusak upaya mempertahankan gencatan senjata Gaza dengan menuntut pejuang Palestina segera membebaskan semua tawanan.
Ancaman Trump itu meningkatkan ketegangan saat ini. “Ancaman-ancaman ini mempersulit perjanjian gencatan senjata dan mendorong Israel menghindari komitmennya,” ujar juru bicara Hamas Hazem Qassem kepada Anadolu Agency.
“Hamas telah memenuhi semua kewajibannya di bawah tahap pertama, tetapi Israel menolak pindah ke tahap kedua. Pemerintah AS harus menekan pendudukan untuk terlibat dalam negosiasi untuk tahap berikutnya, sebagaimana yang diuraikan dalam perjanjian,” tegas dia.
Pernyataan Trump baru-baru ini, yang mengancam kehancuran lebih lanjut di Gaza kecuali semua tawanan dibebaskan dan mendesak para pemimpin Hamas melarikan diri, telah menambah ketidakstabilan, mempertaruhkan gencatan senjata yang rapuh dan memperpanjang penderitaan warga Palestina.
Hamas menuduh Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencoba menarik diri dari perjanjian gencatan senjata yang mereka capai pada bulan Januari.
Perjanjian tersebut menyerukan negosiasi mengenai fase kedua di mana para tawanan akan dibebaskan dengan imbalan lebih banyak tahanan Palestina, gencatan senjata permanen, dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Juru bicara Hamas Abdel-Latif al-Qanoua mengatakan, "Jalan terbaik untuk membebaskan tawanan Israel yang tersisa adalah melalui negosiasi pada fase tersebut, yang seharusnya dimulai pada awal Februari.” Sejauh ini, hanya pembicaraan persiapan terbatas yang telah diadakan.
Israel mendukung rencana baru di mana Hamas akan segera membebaskan setengah dari tawanan yang tersisa dan sisanya ketika gencatan senjata permanen dinegosiasikan.
Hamas telah menolak usulan tersebut dan mengatakan mereka berpegang teguh pada perjanjian yang ditandatangani pada bulan Januari.
Sementara itu, Presiden Israel Isaac Herzog memuji "komitmen" Trump membebaskan semua tawanan yang ditahan di Gaza, setelah presiden AS mengancam Hamas setelah pertemuan dengan mereka yang dibebaskan dan kerabat dari mereka yang masih ditahan.