Harga Batu Bara Tetap Berlari Meski Ada Kabar Tak Sedap dari China

4 days ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan kemarin meskipun ada kabar kurang sedap dari China . Duta Besar Uni Eropa untuk China mendesak Beijing untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 5 Maret 2025 tercatat sebesar US$105,15/ton atau naik 1,5% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 4 Maret 2025 yang sebesar US$103,6/ton.

Dilansir dari The Guardian, Duta Besar Uni Eropa untuk China mendesak Beijing untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara, dengan mengatakan bahwa persetujuan cepat terhadap proyek-proyek baru semakin bertentangan dengan ambisi lingkungan China.

Berbicara di acara yang diselenggarakan Uni Eropa di Beijing, Jorge Toledo mengatakan bahwa perang di Ukraina telah menekankan pentingnya keamanan energi, tetapi Uni Eropa berhasil mengatasi tantangan tersebut tanpa kembali ke bahan bakar fosil.

Toledo menyayangkan peningkatan persetujuan proyek batu bara di China pada paruh kedua tahun lalu. Beijing menyetujui kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara baru sebesar 66,7 gigawatt (GW) pada 2024, sebagian besar disetujui dalam bulan-bulan terakhir tahun tersebut. Satu gigawatt setara dengan satu pembangkit listrik tenaga batu bara berukuran besar.

Pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara juga mengalami momentum yang kuat. Laporan yang diterbitkan bulan lalu oleh Global Energy Monitor dan Centre for Research on Energy and Clean Air mencatat bahwa China menyumbang 93% dari proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara yang dimulai di seluruh dunia pada tahun 2024. Laporan tersebut juga mencatat bahwa perjanjian pembelian listrik jangka panjang, yang menetapkan kuota minimum untuk listrik tenaga batu bara yang dibeli oleh pemerintah daerah, memperlambat integrasi energi terbarukan ke dalam jaringan listrik.

Toledo menyatakan bahwa tren seperti ini tidak diperlukan dan bahwa China dapat menghentikan penggunaan batu bara sambil tetap menjaga keamanannya dalam pasokan energi. "Para pengamat di luar China semakin bingung dengan terus ditahannya pertumbuhan pembangkitan energi terbarukan domestik demi aset batu bara yang berpotensi terbengkalai di masa depan," katanya.

Para ahli mengatakan bahwa pengembangan pesat energi terbarukan di China, sementara masih terus membangun pembangkit listrik tenaga batu bara baru, menciptakan persaingan antara energi bersih dan energi kotor dalam perekonomian negara tersebut.

China adalah pemimpin global dalam energi terbarukan, dengan pemasangan tenaga surya dan angin yang mencapai rekor tertinggi tahun lalu. Kapasitas tenaga surya meningkat 45% menjadi 887GW, sementara kapasitas tenaga angin naik 18% menjadi 521GW.

China telah berjanji untuk mencapai puncak emisi pada tahun 2030, dan banyak ahli memperkirakan bahwa target tersebut akan tercapai lebih cepat dari yang dijadwalkan.

Zhang Xiaoye, seorang akademisi dari Chinese Academy of Engineering dan salah satu ketua kelompok kerja Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), mengatakan pada Rabu bahwa total listrik yang dihasilkan oleh energi terbarukan di China tahun lalu setara dengan total listrik yang dihasilkan di Amerika Serikat. Ia menekankan pentingnya kerja sama antara Uni Eropa dan China untuk mencapai "langit biru dan air bersih."

Apabila China terus menggenjot energi terbarukan dan secara perlahan mengurangi ketergantungannya pada batu bara, maka suplai batu bara di China dan global akan berkurang dan membuat harga batu bara berpotensi menguat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |