Jadi Korban Terbaru Aksi 'Gila' Trump, Laba Bersih Shell Terjun 35%

13 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa migas, Shell, melaporkan penurunan laba bersih sebesar 35% pada kuartal pertama 2025, sebagai dampak langsung dari pelemahan harga minyak global.

Laporan keuangan yang dirilis pada Jumat (2/5/2025) menunjukkan bahwa laba yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham turun menjadi US$4,8 miliar dari US$7,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Penurunan ini terjadi seiring dengan berkurangnya pendapatan total perusahaan sebesar 6%, dari US$74,7 miliar menjadi US$70,2 miliar. Shell dan sejumlah perusahaan minyak besar lainnya saat ini terdampak oleh kejatuhan harga minyak mentah, yang dipicu oleh kekhawatiran pasar atas dampak kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap perlambatan ekonomi global.

"Para pelaku pasar khawatir bahwa tarif baru yang dikenakan oleh pemerintahan Trump akan menekan permintaan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya memukul harga komoditas seperti minyak," demikian penjelasan dalam laporan Shell, dikutip dari Reuters.

Meski demikian, hasil kuartal pertama ini masih mampu melampaui ekspektasi analis. Dalam langkah untuk menjaga kepercayaan investor, Shell mengumumkan program pembelian kembali saham (buyback) sebesar US$3,5 miliar selama 3 bulan ke depan.

"Hasil ini memberikan kami kepercayaan diri untuk memulai kembali program buyback sebesar US$3,5 miliar selama kuartal berikutnya," ujar CEO Shell, Wael Sawan, dalam pernyataannya.

Kinerja yang tertekan ini menjadi kelanjutan dari tren yang telah terlihat sepanjang 2024, di mana laba bersih tahunan Shell turun 17%, juga akibat dari harga minyak yang terus melemah. Untuk menjaga profitabilitas, Shell bersama pesaing utamanya seperti BP, telah mulai menarik diri dari sejumlah komitmen iklim dan berfokus kembali pada sektor minyak dan gas.

Tahun lalu, Shell mengumumkan bahwa mereka tidak lagi akan memimpin pengembangan proyek-proyek angin lepas pantai (offshore wind) baru. Strategi ini menandai perubahan signifikan dari fokus sebelumnya yang lebih pro-lingkungan dan transisi energi.

Di sisi lain, BP-salah satu kompetitor utama Shell-juga melaporkan hasil yang tidak menggembirakan minggu ini. Perusahaan tersebut mencatatkan penurunan laba bersih hingga 70% pada kuartal pertama, hanya meraih US$687 juta. Penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh melemahnya penjualan gas dan margin penyulingan yang lebih rendah.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah di 100 Hari Trump

Next Article Raksasa Migas 'Nyungsep' Berjemaah, Laba 2024 BP Cs Anjlok hingga 97%

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |