Kelabui AS, China Gunakan Label Palsu 'Made in Korea' Agar Lolos ke Amerika

7 hours ago 4

loading...

China melakukan ekspor produk melalui Korea Selatan kemudian memberikan label palsu

JAKARTA - Perusahaan-perusahaan asal China memanfaatkan celah dalam kebijakan perdagangan internasional untuk menghindari tarif tinggi yang diterapkan Amerika Serikat (AS). Mereka mengarahkan ekspor produk melalui Korea Selatan, kemudian memberi label palsu "Made in Korea" agar bisa lolos dari tarif impor yang tinggi di AS. Hal ini diungkapkan dalam laporan terbaru dari Layanan Bea Cukai Korea Selatan yang dipublikasikan oleh Nikkei Asia.

Menurut otoritas Korea Selatan, pada kuartal I-2025, mereka menemukan ekspor palsu senilai 29,5 miliar won atau sekitar USD20,7 juta hampir setara dengan total ekspor palsu sepanjang tahun 2024 yang mencapai 34,8 miliar won. Sebagian besar barang yang diberi label palsu tersebut, yaitu sekitar 97% ditemukan ditujukan untuk pasar Amerika.

Penyelidikan ini mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan China diduga melakukan upaya untuk menyamarkan asal-usul produk mereka. Salah satu contoh signifikan adalah produk kasur buatan China yang dikenakan tarif anti-dumping oleh AS. Dilansir dari Business Standard, kasur-kasur tersebut disimpan di gudang Korea Selatan yang dioperasikan oleh perusahaan terdaftar atas nama warga negara China, lalu diekspor ke AS dengan label "Made in Korea."

Selain itu, ditemukan juga barang-barang seperti bahan elektroda untuk baterai isi ulang dan suku cadang kamera pengintai yang diberi label ulang di Korea Selatan agar memenuhi syarat sebagai ekspor dari negara tersebut.

Praktik semacam ini menuai kecaman dari pihak berwenang Korea Selatan yang menyebutnya sebagai ancaman bagi kredibilitas negara mereka di pasar global. Pihak berwenang juga menekankan bahwa kegiatan tersebut dapat merugikan industri dalam negeri. Sebagai respons, pemerintah Korea Selatan telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki dan mencegah penyalahgunaan lebih lanjut.

Kabar ini muncul bersamaan dengan pembicaraan perdagangan antara Korea Selatan dan AS. Delegasi Korea Selatan dijadwalkan akan bertemu dengan mitra mereka dari AS pada Kamis (27/4). Menurut laporan Reuters, beberapa isu yang kemungkinan besar akan dibahas meliputi sektor pembuatan kapal, energi, dan pertahanan.

Selain itu, Korea Selatan sedang menghadapi tantangan politik internal. Presiden Yoon Suk Yeol baru-baru ini dicopot dari jabatannya setelah mengumumkan keadaan darurat militer di negara tersebut. Han Duck-soo, seorang diplomat dan politisi senior, kini menjabat sebagai pelaksana tugas presiden.

Sementara, pemerintahan Presiden Donald Trump di AS berencana untuk mendesak sekutunya, termasuk Korea Selatan, agar tidak menjadi pintu masuk bagi produk-produk dari China. Wall Street Journal melaporkan, meskipun Gedung Putih kemungkinan mempertimbangkan untuk menurunkan tarif antara 50 hingga 65%, keputusan tersebut akan bergantung pada kemajuan perundingan dengan Beijing.

China sendiri menanggapi tekanan ini dengan menyatakan bahwa mereka akan melakukan “tindakan balasan” jika kepentingan mereka terganggu. Penyalahgunaan label asal produk ini mencerminkan ketegangan perdagangan global yang semakin kompleks, dengan negara-negara berusaha menavigasi kebijakan perdagangan yang penuh tantangan dan potensi dampak negatif terhadap ekonomi domestik.

(nng)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |