Mata Uang Asia Kebakaran: Ringgit Malaysia Paling Parah, Yen Perkasa

2 days ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia mayoritas jatuh terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Senin (7/4/2025). Namun, yen Jepang mampu menguat.

Merujuk Refinitiv, pada Senin pukul 09.13 WIB, mata yang ringgit Malaysia jatuh 0,74%. Ringgit menjadi mata uang yang jatuh paling dalam.

Di bawah ringgit ada won Korea yang juga ambles 0,68% sementara yuan China merosot 0,42%.

Jatuhnya mata uang Asia masih dipicu oleh kekhawatiran perang dagang setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan tarifnya.  Persoalan diperburuk dengan balasan tarif dari China.

Asia, terutama ASEAN, pun akan menghadapi tantangan besar ke depan.

"Ada tantangan besar dalam beberapa bulan ke depan akibat dampak langsung dari lonjakan tajam tarif AS terhadap ekspor mereka, serta dampak tidak langsung dari guncangan terhadap pertumbuhan ekonomi global," kata Homin Lee, ahli strategi makro senior di Lombard Odier Ltd, Singapura, kepada Nikkei.

"Apakah pemerintah di kawasan ini dapat secara signifikan menurunkan tarif melalui negosiasi bilateral dengan tim Trump masih harus dilihat." Imbuhnya.

Ekonomi Asia Tenggara sangat rentan terhadap tarif dari AS, dengan Amerika menjadi salah satu dari dua mitra dagang utama bagi Singapura, Vietnam, Thailand, dan Filipina.

Siwage Dharma Negara, peneliti senior di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, menjelaskan kepadaThe Guardianbahwa tarif-tarif terbaru yang dikenakan pada negara-negara Asia Tenggara sebenarnya bertujuan untuk melemahkan Tiongkok.

Ia mencatat bahwa pemerintahan AS kemungkinan percaya bahwa tarif ini akan mempengaruhi investasi Tiongkok di negara-negara seperti Kamboja, Laos, Myanmar, dan Indonesia, yang pada gilirannya bisa berdampak pada ekspor Tiongkok dan ekonomi yang lebih luas.

Namun, dampaknya terhadap negara-negara Asia Tenggara bisa sangat berat, karena investasi Tiongkok di kawasan ini telah berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja dan pendapatan ekspor.

Yen Menguat
Yen menguat di tengah perang tarif karena mata uang Jepang tersebut menjadi "safe haven currency".

Ketika pasar global ketakutan seperti karena perang dagang, resesi, atau pasar saham anjlok, banyak investor menjual aset berisiko (seperti saham) dan memindahkan uang ke aset yang aman, salah satunya yen.

Akibatnya, permintaan terhadap yen naik, dan nilainya menguat secara alami.

Penyebab lainnya adalah banyak iinvestor Jepang yang punya investasi di luar negeri (AS, Eropa, Asia Tenggara). Saat krisis, mereka menarik uangnya kembali ke Jepang dan mereka menjual mata uang asing dan membeli yen.

(mae/mae)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |