Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan kerja sama Indonesia dan Jepang di sektor pertanian berpotensi semakin erat. Menteri Pertanian (Mentan) RI, Amran Sulaiman menerima kunjungan Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, Taku Eto, pada Selasa pagi (29/4/2025), di kantor Kementerian Pertanian RI.
Pertemuan yang dimulai sejak pukul 08.30 WIB itu membahas berbagai peluang kerja sama strategis, terutama terkait komoditas beras, minyak sawit mentah (CPO), dan susu sapi. Amran mengatakan, dalam pertemuan bilateral tersebut, kedua negara saling bertukar pandangan terkait dampak perubahan iklim global yang semakin nyata menghantam sektor pertanian.
"Jadi kita menghadapi kondisi yang sama, climate change, perubahan iklim global. Dampaknya luar biasa pada seluruh negara di dunia, yang terpukul adalah sektor pertanian. Suhu tinggi, luar biasa panas. Sehingga produksinya turun," jelas Amran kepada wartawan usai pertemuan.
Menurutnya, kondisi ini mendorong Indonesia dan Jepang untuk berkolaborasi dalam membangun sistem pertanian modern yang tangguh menghadapi perubahan iklim.
"Kita kerja sama. Kami sampaikan Indonesia adalah lahan yang sangat subur. Kemudian sumber airnya cukup. Nantinya kita membentuk klaster bersama. Klaster itu adalah pertanian modern yang bisa memitigasi risiko kekurangan pangan," tuturnya.
Foto: Menteri Pertanian (Mentan) RI, Amran Sulaiman di kantor Kementerian Pertanian RI, pada Selasa pagi (29/4/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Menteri Pertanian (Mentan) RI, Amran Sulaiman di kantor Kementerian Pertanian RI, pada Selasa pagi (29/4/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Adapun mengenai bentuk kerja sama, Amran menegaskan Indonesia mengajak Jepang untuk berinvestasi langsung di sektor pertanian. "Iya, kami minta investasi," ucap dia.
Salah satu isu menarik yang dibahas adalah potensi ekspor beras dan/atau benih ke Jepang. Amran menawarkan keunggulan varietas lokal yang mampu bertahan di tengah cuaca ekstrem.
"Yang ditanyakan varietas apa yang ditanam sehingga bisa tahan? Satu varietas yang tahan kekeringan. Yang kedua, tahan pada rawa air asin. Namanya, jenis varietasnya adalah infara biosolid. Kemudian yang kedua padi gogo," jelasnya.
Soal kemungkinan ekspor bibit unggul ini ke Jepang, Amran menekankan hal itu akan diputuskan dalam pembahasan teknis lanjutan. Meski belum diputuskan secara resmi, Amran membuka peluang kerja sama teknologi lebih dahulu sebelum membahas ekspor beras dan/atau benih.
"Nanti kita lihat. Kita yang penting dulu kerja sama teknologi untuk memitigasi risiko iklim. Kita kerjasama dulu," katanya.
Tak hanya beras, peluang besar juga terbuka pada komoditas lain seperti CPO dan susu sapi. Dalam pertemuan itu, Jepang menyampaikan minat untuk memperluas ekspor susu ke Indonesia, sedangkan Indonesia menawarkan peningkatan ekspor CPO ke Negeri Sakura.
"Yang kami tawarkan tadi, CPO. Susu diminta untuk masuk ke Indonesia, karena kita masih butuh banyak susu. Aku katakan oke, tapi aku tingkatkan ekspor CPO ke Jepang," papar Amran.
Soal bentuk investasi, Amran menjelaskan bahwa detail teknisnya akan dibahas lebih lanjut. Namun yang pasti, sertifikasi halal untuk produk Jepang menjadi salah satu agenda penting.
"Nanti dibahas secara teknis. Tapi yang terpenting tadi, mereka mau sertifikasi halal, kemudian susu ke Indonesia. Kami katakan kami punya CPO yang besar, itu ada 5 juta ton. Nanti ditingkatkan seperti pada saat kami ke Yordania," pungkasnya.
(wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jepang Kunjungi Vietnam, Perkuat Kemitraan Strategis di ASEAN
Next Article Cetak Sawah Baru-Pompanisasi Demi Swasembada Pangan, Amran Minta Ini