Jakarta, CNBC Indonesia - Mukenah buatan Indonesia terus menunjukkan eksistensinya di pasar global, terutama di kawasan Asia Tenggara. Produk ini tidak hanya dikenal karena kualitas dan desainnya yang khas, tetapi juga karena harganya yang kompetitif.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekspor mukenah Indonesia mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, meskipun pada 2024 mengalami penurunan yang cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam lima tahun terakhir, ekspor mukenah dengan kode HS 62114220 mencatat tren pertumbuhan yang cukup menjanjikan. Pada 2019, nilai ekspor produk ini hanya mencapai US$ 1,09 juta, kemudian meningkat drastis hingga mencapai US$ 5,95 juta pada 2022.
Lonjakan ini mencerminkan besarnya permintaan dari pasar luar negeri, terutama di negara-negara dengan populasi Muslim yang besar. Namun, pada 2024, nilai ekspor mukenah RI turun signifikan ke US$ 1,15 juta, sebuah penurunan yang cukup tajam dari puncaknya dua tahun sebelumnya.
Malaysia masih menjadi pasar utama mukenah Indonesia, dengan nilai ekspor mencapai US$ 961 ribu pada 2024. Selama bertahun-tahun, negara jiran ini memang menjadi tujuan ekspor terbesar bagi mukenah Indonesia, mengingat kedekatan budaya dan selera masyarakat yang tidak jauh berbeda.
Namun, angka ini jauh menurun dibandingkan tahun 2022 yang sempat mencapai US$ 5,9 juta. Penurunan yang cukup drastis ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk persaingan dari produk lokal serta perubahan preferensi konsumen yang semakin banyak beralih ke model mukenah yang lebih modern atau berbahan berbeda.
Selain Malaysia, Filipina juga mencatat permintaan yang cukup tinggi dengan total ekspor mencapai US$ 116 ribu pada 2024. Meskipun angkanya masih jauh di bawah Malaysia, Filipina menunjukkan potensi sebagai pasar baru yang bisa terus dikembangkan.
Negara ini memiliki populasi Muslim yang cukup besar di wilayah Mindanao dan sekitarnya, sehingga permintaan terhadap produk-produk ibadah seperti mukenah berpotensi terus bertumbuh. Sementara itu, beberapa negara lain seperti Thailand, India, dan Singapura juga menjadi tujuan ekspor mukenah RI, meskipun dengan nilai yang relatif kecil.
Penurunan ekspor mukenah pada 2024 bisa dikaitkan dengan berbagai faktor, salah satunya adalah kondisi ekonomi global yang mempengaruhi daya beli konsumen di berbagai negara.
Selain itu, semakin banyaknya produsen dari negara lain, seperti Pakistan dan Bangladesh, yang turut meramaikan pasar mukenah internasional, membuat persaingan semakin ketat. Produk dari negara-negara ini sering kali ditawarkan dengan harga lebih murah, sehingga menekan posisi mukenah Indonesia di pasar global.
Meski begitu, prospek industri mukenah Indonesia masih terbuka lebar. Dengan inovasi desain, peningkatan kualitas bahan, serta strategi pemasaran yang baik, peluang untuk memperluas pasar ekspor masih sangat besar. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah meningkatkan branding produk agar lebih dikenal di pasar global. Pengenalan produk melalui media sosial dan platform e-commerce internasional dapat membantu meningkatkan daya saing mukenah Indonesia. Selain itu, partisipasi dalam pameran internasional juga menjadi salah satu strategi penting untuk memperluas jangkauan pasar dan menarik perhatian konsumen global.
Ke depannya, industri mukenah Indonesia perlu memperkuat posisinya di pasar ekspor dengan menghadirkan produk yang lebih inovatif dan menyesuaikan dengan tren pasar global. Dengan strategi yang tepat, bukan tidak mungkin mukenah Indonesia akan kembali mendominasi pasar internasional dan memperkuat posisinya sebagai salah satu produk unggulan ekspor nasional.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)