Orang Terkaya RI Jadi Sopir Truk dan Jajan Pinggir Jalan, Kok Bisa?

1 day ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Memiliki harta berlimpah adalah impian semua orang. Kekayaan bisa memberikan kebebasan dan kenyamanan.

Tak heran banyak orang kaya yang memiliki rumah mewah, bepergian dengan pesawat jet, serta menggunakan pakaian dan perhiasan mahal. 

Pengalaman hidup yang tak lazim dialami manusia pada umumnya bisa menjadikan seseorang "hidup di atas menara gading."

Maksudnya, timbul sikap tidak menghiraukan segala hal yang terjadi di lingkungan sekitar, sehingga kurang berempati dengan penderitaan orang lain. 

Namun, tak semua orang kaya masuk dalam stereotipe tersebut. Buktinya adalah Sultan Hamengkubuwana IX.

Ia bukan cuma salah satu orang terkaya di Indonesia, tetapi juga terhormat dengan status yang dipegang.

Hal ini tak membuatnya menjadi sosok yang angkuh. Sultan Hamengkubuwana IX memberi teladan baik bagi kita semua, yakni hidup sederhana dan tak memamerkan harta.

Bahkan, ia pernah beralih menjadi sopir truk. Bagaimana Ceritanya?

Pertama-tama, perlu diketahui bahwa Sultan Hamengkubuwana IX merupakan penguasa Yogyakarta sejak 1940. Ia menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia karena memperoleh harta banyak dari warisan dan sistem feodalisme kerajaan.

Tak diketahui pasti berapa kekayaannya, tapi ia tercatat sejarah sebagai sosok dermawan yang kerap membagi-bagikan harta.

Ketika awal kemerdekaan, misalnya, ia menyumbang uang 6,5 juta gulden ke pemerintah dan 5 juta gulden untuk rakyat yang menderita. Nominal segitu setara Rp20-30 miliar pada masa sekarang.

Meski banyak uang dan hidup penuh kehormatan, Sri Sultan tak terlena. Diceritakan dalam 'Takhta untuk Rakyat: Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengkubuwono IX (1982)', Sri Sultan tercatat pernah beli es gerobakan di pinggir jalan depan Stasiun Klender, Jakarta, pada 1946.

Kala itu, cuaca sangat panas dan Sultan butuh minuman segar. Bisa saja dia pergi ke restoran dan jajan di sana, tetapi dia ogah dan memilih minum es di pinggir jalan sebab jaraknya lebih dekat.

Selain itu, pernah suatu waktu, Sultan menjadi supir truk pengangkut beras. Cerita ini bermula ketika Sri Sultan mengendarai truk Land Rover miliknya dari pedesaan ke pusat kota.

Di tengah jalan, dia dihentikan oleh seorang perempuan penjual beras. Perempuan itu ingin ikut serta ke pasar di kota. Bahkan, langsung meminta sopir membantunya mengangkut beras ke dalam truk.

Semua terjadi begitu saja tanpa tahu orang yang ditumpanginya adalah Raja Jawa. Sri Sultan lantas langsung manut dan mengangkat dua karung besar ke truk.

Dalam otobiografi Pranoto Reksosamodra berjudul 'Catatan Jenderal Pranoto Reksosamodra (2015)' diceritakan, selama perjalanan penjual beras dan Sri Sultan asyik mengobrol tanpa tahu obrolan berlangsung bersama penguasa nomor satu.

Saat tiba di pasar, Sri Sultan juga bertugas layaknya supir pada umumnya, yakni menurunkan karung tersebut. Lalu, si penjual beras memberikan upah. Namun, Sri Sultan dengan sopan menolak pemberian dan mengembalikan uang tersebut.

Penjual beras malah bersikap reaksioner. Dia marah dan merasa tersinggung sebab mengira supir truk tak mau menerima uang karena nominalnya terlalu sedikit. Sri Sultan segera pergi meninggalkan penjual beras. Sementara perempuan itu masih tak menerima penolakan dan memandang supir tersebut sombong tak butuh uang.

Dengan mulut terus-terusan menggerutu, ada orang yang akhirnya memberitahu penjual beras. Bahwa, sebenarnya supir truk yang marahi habis-habisan adalah Sultan Hamengkubuwana IX.

Saat mendengar ini, penjual beras itu kaget dan pingsan hingga dibawa ke rumah sakit. Kejadian tersebut lantas terdengar ke telinga Sri Sultan. Seketika, Sultan langsung memacu kendaraannya ke rumah sakit dan menjenguk penjual beras tersebut.

Hal ini mengingatkan kembali kepada kita bahwa rasa hormat dan kagum tidak diperoleh dari harta atau status seseorang, tetapi teladan yang diberikan bagi masyarakat. 


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Cara Bank Perkuat Keamanan-Lawan Serangan Siber Layanan Digital

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |