Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang pasien di Australia menjadi orang pertama di dunia yang berhasil dipulangkan dari rumah sakit setelah menerima implan jantung buatan yang paling tahan lama. Dalam operasi selama enam jam di Sydney pada November tahun lalu, dokter memasukkan BiVACOR dalam tubuh seorang pria yang mengalami gagal jantung parah.
BiVACOR Total Artificial Heart adalah alat yang dimasukkan tersebut, yang merupakan sebuah pompa darah mekanis berbahan titanium. Pasien tersebut awalnya menerima implan ini sebagai solusi sementara sambil menunggu donor jantung yang cocok. Namun, BiVACOR dirancang sebagai pengganti permanen bagi jantung yang mengalami kegagalan.
Dokter berharap, BiVACOR ini dapat menggantikan kebutuhan akan donor jantung manusia di kemudian hari jika dibutuhkan. Ahli bedah kardiotoraks dan transplantasi ternama, Dr. Paul Jansz lah yang melakukan operasi di St Vincent's Hospital dan menyebut inovasi ini sebagai "momen luar biasa" dalam dunia medis.
"Ada rasa gugup, terutama ketika Daniel Timms (penemu BiVACOR) menyalakan perangkat ini untuk pertama kalinya," ujar Dr. Jansz seperti dilansir lamann ABCC News di Jakarta, Kamis (13/3/2025).
Ia bahkan menyebut jantung buatan ini sebagai "Holy Grail" karena secara teknis tidak dapat gagal atau ditolak oleh tubuh. BiVACOR bekerja dengan memompa darah melalui motor yang menggunakan mekanisme khusus tanpa gesekan antar bagiannya. Perangkat ini menggunakan magnet untuk menahan rotor motor sehingga tidak mengalami keausan seiring waktu.
BiVACOR merupakan hasil inovasi Daniel Timms, seorang penemu asal Queensland, Australia. Kecintaannya terhadap teknologi pompa air sejak kecil, saat sering membantu ayahnya yang seorang tukang ledeng, menginspirasi Timms untuk menciptakan jantung buatan ini. Ayahnya kemudian meninggal akibat gagal jantung, yang semakin memotivasi Timms untuk menuntaskan proyeknya.
"Ada banyak inovasi dari Australia yang seringkali justru berkembang di luar negeri. Saya ingin memastikan bahwa warga Australia juga bisa merasakan manfaat dari temuan ini sejak dini," kata Timms.
Pasien pertama yang menerima BiVACOR adalah pria berusia 40-an asal New South Wales. Ia hidup dengan jantung buatan ini selama lebih dari 100 hari sebelum akhirnya mendapatkan donor jantung.
Operasi transplantasi jantungnya pun berjalan sukses, dan ia kini dalam masa pemulihan. Sebelumnya, banyak pasien yang meninggal karena tidak sempat mendapatkan donor jantung tepat waktu.
"Seperempat pasien yang menunggu transplantasi biasanya meninggal. Dengan adanya perangkat seperti ini, situasi mulai berubah," kata Dr. Jansz.
Dr. Timms memperkirakan dalam dua hingga tiga tahun ke depan, jantung buatan ini akan semakin umum digunakan. Tantangan utama saat ini adalah mempercepat produksi.
"Kami hanya perlu membuat lebih banyak perangkat. Saat ini kami sedang meningkatkan kapasitas produksi agar perangkat ini siap digunakan kapan saja," ujarnya.
Empat perangkat BiVACOR tambahan akan segera diimplan tahun ini melalui Artificial Heart Frontiers Program yang dipimpin oleh Monash University. Dengan berat sekitar 650 gram, BiVACOR cukup kecil untuk dimasukkan ke dalam tubuh anak berusia 12 tahun. Pasien yang menggunakannya pun tidak bisa merasakan keberadaan perangkat ini di dalam tubuh mereka.
Jantung buatan ini mendapat daya dari baterai eksternal yang dapat diisi ulang. Saat ini, baterai tersebut harus diganti setiap empat jam, tetapi di masa depan, diharapkan pasien bisa mengisi daya jantung buatan secara nirkabel, mirip dengan teknologi pengisian daya pada ponsel.
Dr. Jansz menambahkan bahwa operasi BiVACOR yang bersejarah ini dilakukan di rumah sakit yang sama dengan tempat transplantasi jantung pertama di Australia pada 1968. St Vincent's Hospital juga menjadi lokasi keberhasilan transplantasi jantung pertama Australia yang dilakukan oleh Victor Chang pada 1984.
Gagal jantung membunuh sekitar 5.000 warga Australia setiap tahun, sementara itu jumlah pendonor organ terus menurun. Pada 2024, jumlah transplantasi jantung di Australia turun hingga 19 persen.
Dr. Chris Hayward, ahli jantung di St Vincent's Hospital Sydney, menyatakan bahwa BiVACOR akan menjadi solusi bagi pasien yang tidak bisa menunggu donor jantung. "Dengan semakin sedikitnya donor yang tersedia, teknologi seperti ini menjadi harapan baru bagi pasien gagal jantung," katanya.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Prospek Bisnis Parfum di Tengah Bayang-Bayang Deflasi
Next Article Waspada, Mudah Lelah Bisa Jadi Tanda Penyakit Jantung