Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan kendaraan di tahun ini diprediksi masih belum bisa tembus di atas 1 juta unit seperti beberapa waktu lalu. Penurunan daya beli menjadi faktor penjualan kendaraan masih belum bisa seagresif tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu terlihat pada tahun lalu dimana penjualan kendaraan hanya 865.723 unit atau penjualan mobil dari pabrikan ke diler (wholesales), jauh lebih kecil dibanding 2023 yang tembus 1.005.802 unit. Artinya ada penurunan sebesar 140.079 unit atau 13,9%.
"Memang agak berat untuk kembali ke titik sebelum tahun lalu karena untuk dari satu juta itu tiba-tiba dropnya hanya 800-an ribu. Dan itu yang kita harapkan tahun ini tentu lebih baik dari tahun lalu, tapi untuk kembali ke angka satu juta tentu challenging," kata Presiden Direktur Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Yusak Kristian dikutip Jumat (7/3/2024).
Foto: Calon pembeli melihat mobil baru di Showroom Suzuki di Kawasan Gading Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (16/2/2021). Pemerintah memutuskan untuk memberikan insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) atau pajak 0%. Insentif tersebut terbagi menjadi tiga tahap yang akan dievaluasi per tiga bulan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Calon pembeli melihat mobil baru di Showroom Suzuki di Kawasan Gading Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (16/2/2021). Pemerintah memutuskan untuk memberikan insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) atau pajak 0%. Insentif tersebut terbagi menjadi tiga tahap yang akan dievaluasi per tiga bulan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Memasuki tahun 2025, penjualan mobil juga masih belum ada kenaikan, bahkan cenderung turun dimana hanya terjual sekitar 60 ribu unit, padahal untuk mengejar 1 juta kendaraan per tahun maka harus mampu menjual rata-rata sekitar 85 ribu unit/bulan,
"Distribusi wholesales dari pabrik ke dealer Januari 2025 diketahui mengalami penyusutan menjadi 61.843 unit, sementara Desember 2024 sebanyak 79.806 unit. Isuzu sendiri hanya memberi kontribusi penjualan 2.206 unit selama Januari 2025," sebut Yusak.
Ia pun menilai tahun ini masih menjadi sesuatu yang menantang, tapi harapan pabrikan kendaraan total ekosistem mendukung meski beberapa kebijakan pemerintah seperti mendadak.
"Ditambah Januari kemarin kami cukup breakdown karena ada beberapa regulasi yang finalisasinya mepet akhir tahun. Jadi awal Januari itu kami gak bisa lari dengan kecepatan penuh. Sehingga ada beberapa yang kelihatan agak hilang di januari. Dan Februari kalau ditanya sudah lebih baik dari Januari," kata Yusak.
(fys/wur)
Saksikan video di bawah ini:
Penjualan Mobil RI Lagi "Berdarah-Darah", Bos Leasing Buka Suara
Next Article Pasar RI Lagi Lesu, Penjualan Mobil China BYD Ikut Drop 30%