Jakarta, CNBC Indonesia - Sekitar dekade lalu, sebuah restoran sederhana di salah satu provinsi termiskin di Tiongkok, Mixue Bingcheng, mulai berdiri dengan menjual es krim seharga 1 yuan per cone.
Kini, jumlah gerai restoran tersebut, telah melampaui McDonald's dan Starbucks yang dikenal sebagai jaringan makanan dan minuman terbesar di dunia.
Melansir CNN.com, Senin (10/3/2025), Mixue Bingcheng yang berarti "kota es madu salju", telah memiliki lebih dari 45.000 gerai di seluruh dunia hingga September tahun lalu. Sementara itu, pada periode yang samaMcDonalds memiliki 43.077 gerai, sedangkan Starbucks 40.199 gerai.
Dari total 45.000 gerai Mixue, sekitar 40.000 berada di China dan 4.800 tersebar di 11 negara. Indonesia dan Vietnam menjadi kontributor terbesar, masing-masing 2.667 dan 1.304 gerai.
Meskipun memiliki lebih banyak gerai dibandingkan McDonald's dan Starbucks, Mixue masih tertinggal dalam hal total penjualan. Perusahaan ini masih kalah dari Starbucks, Inspire Brands-pemilik Dunkin' dan Baskin Robbins-serta Tim Hortons dari Kanada, menurut Momentum Works.
Mixue kini lebih dikenal sebagai raksasa minuman boba dengan harga terjangkau dan mencatat lonjakan saham lebih dari 40% pada hari pertama perdagangannya di Bursa Efek Hong Kong.
Penawaran umum perdana (IPO) Mixue mengumpulkan dana sebesar US$ 444 juta minggu lalu, menurut Bursa Efek Hong Kong. "Permintaan dari investor ritel dan institusi sangat kuat, seperti yang diperkirakan," kata Devi Subhakesan, salah satu pendiri firma riset ekuitas Investory Pte.
IPO ini menjadi pencatatan saham terbesar di Hong Kong sepanjang tahun ini dan masuk dalam lima besar dalam satu tahun terakhir. Dengan harga minuman berkisar antara 2 hingga 8 yuan (30 sen hingga US$ 1,20), Mixue berhasil menarik pelanggan dalam jumlah besar sejak didirikan di Provinsi Henan hampir tiga dekade lalu.
Adapun pendiri Mixue, Zhang Hongchao, lahir dari keluarga miskin dan memiliki strategi bisnis yang sederhana. "Biarkan orang di seluruh dunia makan dan minum dengan baik hanya dengan dua dolar Amerika," ujarnya kepada media pemerintah Tiongkok.
Strategi harga terjangkau tetap menjadi daya tarik utama Mixue, terutama di tengah perlambatan ekonomi di Tiongkok. Di salah satu gerai Mixue di Causeway Bay, Hong Kong, seorang pelanggan bernama Wang Li mengaku menyukai produk Mixue karena harganya yang ramah di kantong.
"Saya bahkan tidak repot-repot mengecek harga," kata Wang sambil tertawa, seraya menambahkan bahwa ia berharap mengetahui IPO Mixue lebih awal. Berdasarkan prospektusnya, lebih dari 99% gerai Mixue beroperasi dengan sistem waralaba, sementara pendapatan utama berasal dari penjualan bahan makanan, peralatan, dan kemasan kepada para mitra waralaba.
Laba bersih Mixue melonjak 42% menjadi 3,49 miliar yuan (USD 479 juta) dalam sembilan bulan pertama tahun 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatannya juga naik 21% menjadi 18,7 miliar yuan (USD 2,6 miliar) pada periode yang sama.
Perjalanan Bisnis Keluarga
Mixue didirikan di Zhengzhou, ibu kota Provinsi Henan, pada tahun 1997 sebagai toko es serut. Zhang Hongchao dan saudara-saudaranya berasal dari keluarga petani dan memulai bisnis ini dengan mesin es serut buatannya sendiri saat masih menjadi mahasiswa.
Namun, usaha tersebut tidak sukses, dan Zhang kemudian mendirikan restoran bernama Mixue. Pada tahun 2005, ia menambahkan gerai kecil di depan restorannya yang menjual es krim seharga 1 yuan per cone.
Strategi harga murah ini menjadi titik balik bagi bisnis Zhang. Pelanggan mulai berdatangan, dan dalam waktu singkat, ia berhasil memperluas bisnisnya hingga memiliki 20 gerai.
Kesuksesan Mixue semakin besar ketika minuman boba mulai populer di Tiongkok, mendorong perusahaan untuk menambah varian produk. Pada tahun 2017, Zhang memperkenalkan merek kopi bernama Lucky Cup sebagai bagian dari ekspansi bisnisnya.
Mixue mengalami pertumbuhan pesat, berkembang dari kurang dari 10.000 gerai pada 2019 menjadi puluhan ribu gerai dalam waktu singkat. Adiknya, Zhang Hongfu, bergabung pada 2007 sebagai salah satu pendiri dan kini menjabat sebagai CEO perusahaan.
Menurut Bloomberg Billionaire's Index, penjualan saham Mixue membuat Zhang bersaudara memiliki kekayaan gabungan sebesar USD 8,1 miliar. Angka ini bahkan melampaui kekayaan mantan CEO Starbucks, Howard Schultz, yang diperkirakan lebih dari USD 6 miliar.
Tingginya Permintaan dan Tantangan di Masa Depan
IPO Mixue mengikuti jejak pesaingnya yang lebih kecil, seperti Guming dan Sichuan Baicha Baidao, yang telah melantai di Hong Kong tahun lalu. Namun, meskipun sempat menarik perhatian, saham mereka kesulitan mempertahankan momentum akibat persaingan ketat dan tekanan pada margin keuntungan.
Seorang investor di Beijing, June Zhao, berusaha membeli saham Mixue tetapi gagal karena tingginya permintaan. Reuters melaporkan bahwa IPO Mixue kelebihan permintaan hingga lebih dari 5.200 kali dari investor ritel.
Meskipun begitu, Zhao berencana untuk berhati-hati dalam berinvestasi, mengingat kinerja saham-saham minuman boba di Hong Kong yang kurang memuaskan. "Pertumbuhan Mixue ke depan akan sangat bergantung pada ekspansi internasionalnya," ujarnya.
Di tengah persaingan ketat, Mixue berhasil unggul dengan strategi harga yang sangat kompetitif. "Mereka membawa konsep nilai terbaik untuk uang ke tingkat ekstrem, memungkinkan ekspansi besar-besaran," kata Jianggan Li, CEO Momentum Works.
Menurut prospektus, biaya waralaba hanya menyumbang sebagian kecil dari pendapatan Mixue. "Jika dijalankan dengan baik, ini bisa menjadi model bisnis jangka panjang, karena profitabilitas bergantung pada seberapa banyak penjualan yang bisa dilakukan mitra waralaba," tambah Li.
Mixue memanfaatkan skala bisnisnya untuk bersaing di pasar teh Tiongkok, yang diperkirakan akan tumbuh hingga US$ 66,5 miliar pada 2027. Saat ini, hampir 90% gerai Mixue masih berada di Tiongkok, sementara sisanya tersebar di wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Vietnam, dan Malaysia.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Simak! Proyeksi IHSG & Rupiah Minggu Depan
Next Article Starbucks Bangun Kafe di Lokasi Tak Biasa, Bisa Intip Langsung Korut