Sinyal Penguatan IHSG-Rupiah Masih Kencang Meski China vs AS Adu Kuat

4 days ago 9
  • Pasar keuangan Indonesia mencatat kinerja positif, IHSG dan rupiah sama-sama menguat
  • Wall Street kmpak menghijau setelah sempat ambruk pada Selasa
  • Tarif Trump dan data ekonomi akan menjadi penggerak pasar keuangan Indonesia hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup sangat mengesankan pada Rabu (05/03/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampak perkasa, dan Surat Berharga Negara (SBN) kembali diincar investor.

Pasar keuangan domestik diproyeksikan masih akan dipengaruhi oleh sentimen baik itu internal maupun eksternal pada Kamis (06/03/2025). Selengkapnya mengenai proyeksi bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin (05/03/2025), ditutup sumringah dengan apresiasi 2,37% ke angka 6.531,4. Penguatan ini berbanding terbalik dengan hari sebelumnya yang ambruk 2,14%.

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp 13,33 triliun dengan melibatkan 21,7 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,04 juta kali. Sebanyak 424 saham menguat, 182 saham melemah, dan 191 saham stagnan.

Sementara dari sisi investor asing, tampak net sell tipis Rp78,34 miliar.

10 dari 11 indeks sektoral mengalami penguatan kecuali healthcare yang terkoreksi tipis 0,15%.

Sektor dengan kenaikan tertinggi yakni technology yang terbang 5,94%, kemudian diikuti dengan sektor industrial yang naik 2,86%, dan basic industrials yang menguat 2,23%.

Adapun IHSG meninggalkan zona merah seiring dengan tekanan keluar dana asing yang deras sejak awal tahun ini akhirnya mulai menunjukkan tanda-tanda mereda.

Kendati terjadi net foreign inflow dan apresiasi, namun IHSG masih dibayangi sentimen negatif dari kebijakan penerapan tarif impor Presiden AS, Donald Trump kepada Kanada dan Meksiko. Selain itu, China telah mengumumkan langkah pembalasan tambahan sebagai respons terhadap putaran tarif terbaru dari AS.

Mulai 10 Maret, China akan memberlakukan tarif hingga 15% pada beberapa barang AS, dengan produk pertanian seperti jagung dan kedelai termasuk yang terkena tarif baru sebesar 15% dan 10%, masing-masing.

Beralih ke pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat pada penutupan kemarin, Rabu (5/3/2025) sebesar 0,79% dalam sehari ke posisi Rp16.310/US$.

Apresiasi rupiah ini membuat posisi rupiah kali ini menjadi yang terkuat sejak 24 Februari 2025.

Kepala Riset Ekonomi Makro dan Market Permata Bank Faisal Rachman juga menegaskan, pergerakan kurs rupiah masih dipengaruhi sentimen pelaku pasar keuangan terhadap persoalan eksternal, khususnya dari AS. Termasuk soal ekspektasi makin lebarnya pemangkasan suku bunga AS.

Pemicu sentimen makin lebarnya penurunan suku bunga acuan Fed Fund Rate di AS itu dipengaruhi munculnya sentimen potensi kontraksinya pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2025, yang menandakan akan resesinya ekonomi AS.

"Laporan dari Atlanta Fed yang memperkirakan kontraksi PDB untuk ekonomi AS pada 1Q25, yang menimbulkan kekhawatiran terjadinya resesi di AS. Selain itu, PMI manufaktur Indonesia dan Tiongkok (partner dagang utama Indonesia) juga meningkat," tegasnya.

Selain itu, munculnya sinyal resesi di AS terjadi setelah imbal hasil dari pasar obligasi antara tenor panjang 10 tahun berada di bawah dibandingkan obligasi tenor pendek 3 bulan semakin membuat DXY terpuruk dan menjadi angin segar bagi rupiah.

Selanjutnya, beralih pada imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau turun cukup dalam dari 6,879% menjadi 6,85%.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan minat investor untuk masuk ke pasar SBN mengalami peningkatan.

Pages

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |