Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah mengumumkan rencana ambisius untuk membangun sistem pertahanan rudal bernama "Golden Dome," yang terinspirasi dari sistem Iron Dome milik Israel.
Sistem ini ditargetkan mulai beroperasi dalam waktu tiga tahun ke depan, dengan pendanaan awal sebesar US$25 miliar atau sekitar Rp410 triliun dan potensi total biaya mencapai US$175 miliar atau sekitar Rp2870 triliun.
Trump menyatakan bahwa sistem ini akan menggabungkan teknologi pertahanan yang ada dengan inovasi terbaru dalam strategi pertahanan berlapis.
Golden Dome direncanakan akan mencakup komponen berbasis satelit untuk mendeteksi dan melacak rudal yang masuk, serta sistem pencegat yang mampu menghancurkan ancaman dari udara maupun luar angkasa.
Proyek ini akan dipimpin oleh Jenderal Michael Guetlein dari Angkatan Luar Angkasa AS, dengan dukungan dari perusahaan-perusahaan teknologi seperti SpaceX, Palantir, dan Anduril. Trump menargetkan sistem ini akan beroperasi penuh pada akhir masa jabatannya.
Meskipun proyek ini mendapat dukungan dari sebagian kalangan, termasuk Partai Republik di Kongres, terdapat kekhawatiran mengenai biaya yang sangat besar dan potensi konflik kepentingan, terutama terkait keterlibatan Elon Musk dan perusahaannya, SpaceX.
Beberapa anggota Partai Demokrat telah menyerukan penyelidikan terhadap kemungkinan konflik kepentingan dalam proyek ini. Selain itu, para kritikus mempertanyakan kelayakan teknis dan strategi jangka panjang dari sistem pertahanan ini.
Iron Dome Semakin Dicari
Sistem pertahanan udara Iron Dome, yang dikembangkan oleh Israel untuk menangkal serangan roket jarak pendek, semakin menarik perhatian global. Keberhasilan sistem ini dalam melindungi wilayah sipil dari ancaman udara telah membuat banyak negara mempertimbangkan, bahkan membeli teknologi ini sebagai bagian dari strategi pertahanan nasional mereka.
Sejumlah negara telah membeli teknologi serupa untuk pertahanan wilayahnya. Sejak Iron Dome sukses beroperasi pada 2011, sejumlah negara lain di Eropa dan Asia telah membeli atau mempertimbangkan pembelian komponen radar atau seluruh Iron Dome untuk melindungi wilayahnya.
Tingginya permintaan terhadap Iron Dome tak lepas dari situasi global yang penuh ancaman. Di sisi lain, Israel dianggap terbukti mampu menghadirkan teknologi keamanan mumpuni.
Negara Azerbaijan juga diketahui telah membeli sistem ini sejak 2016, menjadikannya negara pertama yang memiliki Iron Dome secara resmi di luar Israel. Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk menyeimbangkan kekuatan regional, terutama setelah tetangganya, Armenia, memperoleh rudal Iskander.
Singapura, meskipun tidak pernah mengonfirmasi secara terbuka, diduga kuat telah memiliki dan mengoperasikan sistem ini sejak pertengahan 2010-an. Negara ini dikenal sebagai salah satu pelanggan strategis pertahanan Israel dan telah berinvestasi dalam berbagai sistem pertahanan canggih.
Selain itu, Rumania menandatangani kesepakatan pada tahun 2018 untuk membeli Iron Dome dan memproduksi sebagian komponennya di dalam negeri melalui perusahaan Romaero. Siprus menyusul dengan pembelian sistem ini pada 2022 sebagai tanggapan atas meningkatnya ancaman drone dari kawasan sekitarnya.
Sementara itu, beberapa negara lain memilih untuk hanya membeli komponen utama dari sistem ini, seperti radar EL/M-2084. Negara seperti Republik Ceko, Slovakia, dan Hungaria telah mengakuisisi radar ini untuk memperkuat sistem pertahanan udara nasional mereka, meskipun belum membeli sistem Iron Dome secara penuh.
Di sisi lain, India dan Arab Saudi pernah menyatakan minat untuk mengadopsi Iron Dome. India bahkan menandatangani kesepakatan besar dengan Israel pada 2017, namun hingga kini masih lebih fokus pada pengembangan sistem pertahanan buatan dalam negeri. Arab Saudi mulai mempertimbangkan opsi ini setelah sistem pertahanan rudal AS ditarik dari wilayahnya pada 2021.
Dengan terus meningkatnya ancaman dari udara, baik berupa rudal balistik, roket, maupun drone, sistem seperti Iron Dome menjadi solusi strategis yang semakin diminati negara-negara di berbagai belahan dunia. Meskipun mahal dan kompleks, kemampuannya dalam memberikan perlindungan real-time menjadikannya salah satu sistem pertahanan paling relevan di era modern.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]