Trump Menggila: Tak Hanya China, Puluhan Negara Ini Kena Amukan AS

4 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Tarif impor Amerika Serikat (AS) dari negara mitra dagangnya membuat dunia ketar-ketir. Hal ini tentu memberikan kegelisahan bagi negara mitra dagangnya untuk mengenakan tarif timbal balik.

Tarif terbaru datang dari AS yang mengancam akan mengenakan tarif 200% untuk anggur, sampanye dan sejumlah minuman beralkohol dari negara-negara sekutu Washington, Uni Eropa (UE), Langkah itu adalah balasan Trump terhadap rencana pungutan senilai US$ 28,26 miliar ke barang AS oleh blok tersebut, termasuk wiski, di April.

Pungutan itu pun sebenarnya bukan tanpa dasar. Ini menjadi balasan Uni Eropa (UE) atas kenaikan tarif impor baja dan aluminium AS sebesar 25% yang mulai berlaku Rabu kemarin, dan sebenarnya diharapkan menjadi alat negosiasi.

Berikut ini daftar negara yang terkena kenaikan tarif impor oleh AS.

1. Kanada

Mulai tengah malam pada 4 Maret 2025, bea masuk sebesar 25% dikenakan pada semua impor produk asal Kanada (yaitu barang yang berasal dari Kanada) ke AS, kecuali untuk beberapa sumber energi dan sumber daya energi yang tercantum di bawah ini, yang dikenakan tarif lebih rendah sebesar 10%.

Tarif ini diberlakukan berdasarkan kewenangan Presiden untuk menangani keadaan darurat nasional sesuai dengan Undang-Undang Kewenangan Ekonomi Darurat Internasional (International Emergency Economic Powers Act).

Tarif ini awalnya dijadwalkan berlaku pada 4 Februari, tetapi ditunda selama 30 hari untuk memberikan lebih banyak waktu bagi pembicaraan antara AS dan Kanada.

Tarif sebesar 25% juga dikenakan terhadap baja dan aluminium bukan hanya dari Kanada.

Menanggapi hal tersebut, Kanada tidak tinggal diam. Kanada mengumumkan pada Rabu bahwa mereka akan memberlakukan tarif sebesar 25% pada barang-barang AS senilai lebih dari US$20 miliar sebagai balasan atas bea masuk baja dan aluminium yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump, yang mulai berlaku.

Tarif baru ini mencakup baja dan aluminium, serta barang-barang AS lainnya seperti komputer, peralatan olahraga, dan produk besi cor, menurut Menteri Keuangan Kanada, Dominic LeBlanc, dalam konferensi pers.

Tarif ini akan mulai berlaku pada hari Kamis, kata LeBlanc.

Langkah ini menambah tarif balasan sebelumnya sebesar 25% yang dikenakan oleh Ottawa terhadap barang-barang AS senilai US$30 miliar pada 4 Maret silam, sebagai respons terhadap tarif luas yang diberlakukan Trump terhadap impor dari Kanada.

Tarif 25% Trump terhadap baja dan aluminium berlaku untuk semua impor logam tersebut, bukan hanya dari Kanada. Setelah diberlakukan pada Rabu pagi, Uni Eropa dengan cepat mengumumkan bahwa mereka akan mengenakan tarif sendiri terhadap barang-barang AS senilai lebih dari US$28 miliar mulai April.

2. Meksiko

Meksiko awalnya berencana memberlakukan tarif balasan sebagai respons terhadap tarif AS atas impor baja dan aluminium sebesar 25% terhadap Meksiko, tetapi Presiden Claudia Sheinbaum menangguhkan rencana tersebut menjelang tenggat waktu 2 April.

Tarif atas semua impor mobil dan barang yang mematuhi Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada juga ditunda.

Meksiko sebelumnya mengindikasikan akan memberlakukan bea terhadap barang-barang AS, tetapi untuk saat ini memilih menunda langkah tersebut.

3. Uni Eropa (UE)

Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara ini mengumumkan langkah balasan senilai US$28 miliar pada Rabu, termasuk bea terhadap bourbon Kentucky, jeans, dan sepeda motor Harley-Davidson.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa UE bertindak untuk "melindungi konsumen dan bisnis" setelah pemerintahan Trump memberlakukan tarif 25% pada impor baja dan aluminium.

Von der Leyen membela langkah balasan Uni Eropa sebagai tindakan yang "kuat, tetapi proporsional," dan menegaskan bahwa Brussel "akan selalu terbuka untuk negosiasi."

Langkah balasan UE dijadwalkan mulai berlaku pada bulan April dan akan diperkenalkan dalam dua tahap.

Mulai 1 April, blok yang terdiri dari 27 negara itu akan memberlakukan kembali tarif senilai US$4,9 miliar yang berasal dari masa jabatan pertama Trump.

Kemudian, pada 13 April, putaran tambahan tarif baru senilai lebih dari US$19 miliar akan dikenakan terhadap barang-barang asal AS, tergantung pada persetujuan negara-negara anggota UE. Tarif ini mencakup bea atas produk pertanian, mesin industri, dan peralatan rumah tangga. Beberapa tarif dalam putaran ini secara khusus menargetkan produk yang diproduksi di negara bagian yang dikuasai Partai Republik.

Sebagai tanggapan, pada Kamis (13/3/2025) Trump menyebut Uni Eropa sebagai "otoritas perpajakan dan tarif yang paling bermusuhan dan abusif di dunia." Ia mengancam akan memberlakukan tarif 200% pada alkohol Eropa.

Sementara itu, kelompok perdagangan minuman beralkohol Eropa, Spirits Europe, meminta AS dan UE untuk berhenti menggunakan sektor tersebut sebagai "alat tawar-menawar" dalam pertarungan tarif mereka. Pedagang anggur dan pemilik restoran AS juga mengamati ancaman Trump dengan gentar.

"Tarif 200% akan membuat biaya bisnis melonjak tinggi. Hanya bisnis yang akan hilang. Ini menghancurkan. Jika saya kehilangan setengah dari laba yang saya peroleh dari minuman beralkohol, bisnis saya tidak akan lagi berjalan.," kata Francis Schott, seorang pemilik restoran yang berbasis di New Jersey yang menyajikan anggur Eropa dan Amerika, dikutip AFP.

4. Inggris

Berbeda dengan Uni Eropa, Inggris mengambil pendekatan yang lebih "pragmatis," menurut Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dengan memilih untuk tidak melakukan tindakan balasan terhadap tarif baja dan aluminium yang diberlakukan Trump.

"Jelas, seperti semua orang lainnya, saya kecewa melihat adanya tarif global terkait baja dan aluminium," kata Starmer kepada para anggota parlemen pada Rabu.

"Tetapi kami akan mengambil pendekatan yang pragmatis. Kami, seperti yang [Trump] ketahui, sedang merundingkan kesepakatan ekonomi yang mencakup dan akan memasukkan tarif jika kami berhasil. Namun, kami akan tetap membuka semua opsi," ujar Starmer.

Amerika Serikat mengimpor lebih dari US$450 juta baja dari Inggris setiap tahunnya.

Gareth Stace, kepala UK Steel, sebuah kelompok industri, mengatakan bahwa keputusan ini "sangat mengecewakan" dan akan "menghantam kami dengan keras."

Saat ini, AS dan Inggris sedang merundingkan perjanjian perdagangan bilateral, yang kemungkinan akan menghilangkan tarif tersebut.

5. China

Sebelumnya, Trump berpendapat bahwa tarif diperlukan untuk impor dari China, yang sebagian besar merupakan barang manufaktur, guna memungkinkan Amerika Serikat membangun kembali sektor industrinya serta menghasilkan pendapatan pajak bagi anggaran federal. Ia memberlakukan tarif 10% terhadap hampir semua impor dari China pada awal Februari, dan menaikkannya menjadi 20% pekan lalu.

Ia mengatakan bahwa langkah-langkah tersebut sebagian dimaksudkan untuk menekan China agar mengurangi aliran opioid fentanyl ke Amerika Serikat.

Ia telah menambahkan tarif 20% pada sekitar US$440 miliar barang China yang diimpor oleh Amerika Serikat setiap tahunnya. Rata-rata tarif AS terhadap barang China yang terdampak kini mencapai 39%, naik dari 3% ketika Trump memulai masa jabatan pertamanya delapan tahun lalu.

Menanggapi hal tersebut, China telah mengambil pendekatan yang terukur terhadap konflik perdagangan.

Kendati telah memberlakukan tindakan balasan sebagai respons terhadap tarif yang diperkenalkan oleh AS sejak Presiden Trump menjabat, Beijing umumnya merespons dengan lebih strategis.

Setelah Trump memberlakukan tarif baru pada semua impor baja dan aluminium AS, China berjanji akan mengambil "segala tindakan yang diperlukan" untuk melindungi kepentingannya.

Selain memberlakukan tarif balasan, China telah mengajukan keluhan resmi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Pada Selasa, kementerian perdagangan China juga memanggil eksekutif Walmart untuk membahas laporan bahwa peritel AS tersebut telah menginstruksikan pemasok China untuk menurunkan harga guna menanggung biaya tarif, sebuah isu yang diawasi ketat oleh otoritas China.

6. Brasil

Pemerintah Brasil dengan tegas mengecam tarif baja yang diberlakukan oleh Trump.

Sebagai eksportir baja terbesar ketiga ke AS, Brasil berpendapat bahwa bea masuk 25% tersebut mengabaikan hubungan ekonomi yang telah lama terjalin antara kedua negara.

Brasil untuk sementara memilih untuk tidak melakukan tindakan balasan secara langsung. Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah untuk melindungi industri baja dan pekerjanya sambil tetap melanjutkan pembicaraan perdagangan.

Institut Baja Brasil juga menentang langkah tersebut, dengan mencatat bahwa pada masa jabatan pertama Trump, AS dan Brasil telah menyepakati batas ekspor yang telah dipatuhi oleh Brasil. Kelompok ini juga menyoroti bahwa AS memiliki surplus perdagangan bernilai miliaran dolar dengan Brasil.

Sementara sektor baja Brasil bersiap menghadapi kerugian, petani kedelai Brasil justru bisa mendapatkan keuntungan.

Ketika negara lain menerapkan tarif balasan terhadap produk pertanian AS, ekspor kedelai Brasil menjadi jauh lebih kompetitif.

7. Korea Selatan

Pemerintah Korea Selatan menyatakan "mode respons darurat" setelah AS memberlakukan tarif 25% terhadap semua impor baja dan aluminium. Langkah ini menyoroti fokus pemerintahan Trump dalam mengurangi defisit perdagangan AS.

Sebagai eksportir baja terbesar keempat ke AS, Korea Selatan telah berupaya mendapatkan pengecualian. Kini, kementerian perdagangannya sedang memberi arahan kepada korporasi mengenai kemungkinan langkah balasan, termasuk memindahkan produksi ke AS atau mendiversifikasi pasar ekspor.

Dalam upaya meredakan ketegangan, Korea Selatan berjanji untuk mengurangi surplus perdagangannya dengan AS dengan meningkatkan impor energi dan memperluas kontrak pembuatan kapal untuk pembeli Amerika.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |