Trump Ogah Ribet, Pilih Kirim 'Surat Cinta' Dibanding Perjanjian Tarif

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan perubahan besar dalam pendekatan perdagangan global negaranya dengan mengesampingkan rencana semula untuk melakukan puluhan kesepakatan dagang bilateral.

Sebagai gantinya, mulai Jumat (4/7/2025), Washington akan mengirimkan surat resmi kepada negara-negara mitra dagang untuk memberitahukan tarif impor baru yang akan mereka hadapi saat memasukkan barang ke pasar AS.

"Kami punya lebih dari 170 negara, dan berapa banyak kesepakatan yang bisa kita buat? Itu sangat jauh lebih rumit," ujar Trump, Kamis (3/7/2025) waktu setempat, dilansir Reuters.

Trump menyebutkan bahwa surat tersebut akan dikirim dalam kelompok 10 negara sekaligus, dengan tarif yang ditetapkan dalam kisaran 20% hingga 30%. Langkah ini menandai penyimpangan dari janji sebelumnya yang ambisius, yakni menyusun hingga 90 perjanjian dagang dalam 90 hari.

Pernyataan ini datang sehari setelah Trump mengumumkan kesepakatan perdagangan dengan Vietnam, yang ia sebut sebagai model kemungkinan bagi beberapa negara lainnya. Namun, bagi mayoritas negara, Trump lebih memilih pendekatan langsung melalui penetapan tarif tanpa negosiasi mendalam.

Trump dan para pembantunya mengakui kompleksitas penyusunan kesepakatan dagang penuh, yang mencakup tarif dan hambatan nontarif seperti larangan impor pertanian.

Rencana awal untuk menyusun 90 kesepakatan dalam 90 hari telah memicu keraguan di kalangan pengamat perdagangan yang paham betul bahwa negosiasi seperti itu biasanya memakan waktu bertahun-tahun.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa sekitar 100 negara kemungkinan akan diberi tarif timbal balik sebesar 10%. Ia memprediksi akan ada "gelombang" pengumuman kesepakatan dagang menjelang tenggat 9 Juli, di mana tarif bisa melonjak tajam.

Jika 100 negara diberi tarif 10%, maka jumlah itu lebih sedikit dari daftar awal administrasi Trump, yang menetapkan 123 yurisdiksi sebagai penerima tarif 10%, termasuk sejumlah negara kecil dan wilayah seperti Kepulauan Heard dan McDonald milik Australia yang tak berpenghuni.

Trump sebelumnya membuat pasar keuangan terguncang pada 2 April dengan pengumuman tarif timbal balik yang besar, yakni mulai dari 10% hingga 50%. Namun ia kemudian menurunkan tarif sementara menjadi 10% untuk sebagian besar negara, agar ada waktu untuk negosiasi hingga batas waktu 9 Juli.

Di antara sedikit negara yang berhasil melakukan negosiasi adalah Inggris. Negara itu mencapai kesepakatan pada Mei untuk mempertahankan tarif 10% dan mendapatkan perlakuan preferensial di beberapa sektor, termasuk otomotif dan mesin pesawat.

Setelah itu, Trump mengumumkan bahwa AS dan Vietnam telah mencapai kesepakatan dagang di mana tarif atas banyak produk Vietnam diturunkan menjadi 20% dari ancaman sebelumnya sebesar 46%. Sebagai bagian dari kesepakatan itu, banyak produk AS juga akan diizinkan masuk ke pasar Vietnam tanpa bea masuk.

Namun, tidak semua negara mendapat perlakuan serupa. Uni Eropa, India, dan Jepang masing-masing dikenakan tarif 20%, 26%, dan 24% dalam proposal tarif AS. Bahkan negara-negara yang tidak melakukan negosiasi sama sekali menghadapi tarif yang lebih tinggi, termasuk 50% untuk Lesotho, 47% untuk Madagaskar, dan 36% untuk Thailand.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Sri Mulyani Blak-Blakan Banyak yang Dulu Akrab Kini Tak Berteman Lagi

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |