Bos HSBC Ungkap 48% Treasury Bank RI Sulit Transaksi Real Time

3 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir separuh divisi keuangan di Indonesia menyatakan bahwa keamanan siber merupakan tantangan dalam menjalankan transaksi treasury secara real time. Angka itu menjadi yang tertinggi di antara delapan negara lain yang masuk survei terbaru HSBC.

Menurut, Head of Treasury Solutions Group, Global Payments Solutions HSBC Singapura Ray Suvrodeep, kala ketidakpastian dunia, para departemen keuangan di kawasan Asia Pasifik dituntut untuk terus berkembang, agar bisa memenuhi kebutuhan perbendaharaan secara real-time.

"Seperti yang bisa Anda bayangkan, perbendaharaan yang lebih efektif adalah yang memiliki akses ke informasi real-time, akses ke kemampuan untuk bertindak secara real-time. Oleh karena itu, kebutuhan akan kelincahan untuk mengelola ketidakpastian dan beralih ke model treasury real-time juga dirasakan oleh para Departemen Keuangan," kata Suvrodeep secara virtual dalam media briefing HSBC, Kamis (16/10/2025).

Ia menjelaskan, kapabilitas treasury real-time memungkinkan peningkatan efisiensi dalam pengelolaan treasury. Selain itu, menciptakan kemampuan dalam membuat keputusan yang lebih cepat dan efektif untuk keputusan yang tepat bagi perusahaan.

Namun, Suvrodeep menyebut peralihan ke treasury real-time tidak mudah. Menurutnya, tantangannya berasal dari kurangnya sumber daya terampil dan orang-orang terampil dalam menggunakan teknologi secara optimal.

"Kedua, semuanya tergantung pada apakah anggaran saya mencukupi, apakah saya memiliki alasan bisnis untuk berinvestasi guna memperbaiki kondisi keuangan saya. Jadi, inilah dua tantangannya," tuturnya.

Adapun survei terbaru HSBC yang bertajuk AI dan Tren Digitalisasi Keuangan Perusahaan Masa Depan, sebanyak 48% divisi treasury di Indonesia mengaku risiko siber adalah hambatan utama menuju sistem treasury real-time. Maka demikian, perlindungan dan keamanan data merupakan isu penting, terlebih dengan banyaknya kasus kebocoran data pribadi baru-baru ini.

Di sisi lain, para treasurer Indonesia memahami manfaat besar dari otomatisasi dan akal imitasi (AI) dalam meningkatkan efisiensi dan pengambilan keputusan.

AI dianggap bisa memberikan prediksi lebih akurat terkait proyeksi arus kas dan transaksi lindung nilai (hedging), khususnya dalam menghadapi volatilitas mata uang dan suku bunga.


(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Warga RI Masih Makan Tabungan, Ini Buktinya!

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |