Jakarta, CNBC Indonesia - Ledakan terjadi di kilang pengolahan minyak dan petrokimia milik PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur, pada Kamis (16/10/2025) sekitar pukul 12.00 WIB siang.
Ledakan ini membuat warga yang bermukim dekat lokasi kilang panik dan berhamburan keluar rumah. Kepulan asap hitam pekat dan api terpantau membubung tinggi setelah terdengarnya suara ledakan tersebut.
"Sekitar jam 12.00 WIB, api mulai kelihatan. Ada suara ledakan kecil dulu, dan api membesar. Asapnya hitam pekat," tutur Kamtomo, warga setempat, dikutip dari detikcom, Kamis (15/10/2025).
Kamtomo mengaku, kepanikan langsung menyelimuti warga sekitar. Tak sedikit warga Tasikharjo memilih lari ke Pantai Panduri, dan warga Remen ngungsi ke balai desa.
"Kami takut asapnya beracun karena ini perusahaan kimia," ujarnya.
Hal senada diungkapkan warga lain, Hanafi (51). Hanafi menuturkan ledakan sempat terdengar satu kali, diikuti kobaran api yang makin besar.
"Asap keluar sekitar lima menit, terus duar! Ledakan besar banget," ujar Hanafi.
Namun yang membuat warga kesal, bukan hanya ledakan itu sendiri, melainkan minimnya informasi dari pihak perusahaan.
"Nggak ada imbauan atau pemberitahuan sama sekali dari TPPI. Alarm juga telat banget bunyinya, " kata Hanafi.
Mengutip detikcom, Kepala Desa Tasikharjo Damuri mengaku langsung bergerak begitu mendapat kabar dari anaknya bahwa pabrik TPPI terbakar. Namun, ketika mencoba menghubungi pihak perusahaan, tak satu pun nomor darurat diangkat.
"Saya telpon semua yang berkepentingan di TPPI, nggak ada yang jawab. Saya tahu mungkin mereka panik, tapi seharusnya ada koordinasi. Minimal kasih tahu saya sebagai kepala desa supaya bisa ambil langkah," tutu Kades Damuri.
Damuri akhirnya memerintahkan pengeras suara masjid untuk mengimbau warga segera evakuasi. "Semua lari sendiri-sendiri, karena panik. Untungnya nggak ada korban jiwa," kata Damuri. Namun ia menegaskan, trauma mendalam dialami warga.
"Bayangkan, anak-anak sekolah harus dipulangkan, warga ketakutan karena asap hitam pekat menutup langit." imbuh Damuri.
Insiden ini bukan pertama kali saja, namun sebelumnya juga pernah terjadi. Beberapa waktu sebelumnya, masyarakat sempat meminta relokasi permukiman karena khawatir dengan risiko kebocoran gas dan polusi dari pabrik. Namun permintaan itu tak kunjung direspons serius oleh pihak TPPI.
"Sejak dulu kami minta dialog dan relokasi, tapi nggak pernah ada tanggapan. Setelah kebakaran ini, kami akan bersurat resmi ke DPRD Tuban, Bupati, dan Kementerian Perindustrian. Ini bukan sekadar protes, tapi demi keselamatan warga," tegas Damuri.
Ia juga menyebut akan menuntut audiensi terbuka dengan pihak TPPI. Hal itu agar warga tahu apa saja dampak.
Sekitar 40 menit kemudian setelah ledakan, api mulai berhasil dikendalikan. Namun, kepulan asap hitam saat itu masih terlihat membayangi langit Tasikharjo.
Perlu diketahui, TPPI bergerak di bidang Industri produk dari pengilangan minyak bumi, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia dan perdagangan besar khusus lainnya. Produk utama yang dihasilkan berupa produk aromatik, terutama paraxylene, benzene, orthoxylene, heavy aromatic, dan toluene. Perusahaan juga memproduksi petroleum, terutama light naphtha, minyak gas, dan bahan bakar seperti mogas alias bensin RON 88 dan mogas 92.
Perusahaan memiliki kilang yang beroperasi secara komersial pada 1 Agustus 2006. Kilang tersebut dapat menghasilkan sekitar 600.000 ton Paraxylene per tahun, 300.000 ton Benzene per tahun, 275.000 ton Solar per tahun, 66.000 barel BBM RON 88 (Premium) per hari, serta 59.000 barel Pertamax per hari.
Selain itu, kilang TPPI tersebut juga mampu memproduksi LPG hingga 480 metrik ton per hari, dan mengolah kondensat dan/atau naphta sekitar 100.000 barel per hari.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
RI Bakal Bangun 18 Kilang-Tangki Minyak Baru Senilai Rp232 Triliun