Ekonomi AS Mulai Goyang Karena Trump, Investor RI Harus Bersiap Diri

3 days ago 7
  • Pasar keuangan Indonesia berakhir beragam, IHSG menguat sementara nilai tukar rupiah melemah
  • Wall Streek kompak melemah di tengah kekhawatiran investor mengenai kebijakan Trump
  • Kebijakan tarif Trump, melemahnya ekonomi AS, serta data cadangan devisa AS akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia -  Pasar keuangan Indonesia berakhir beragam pada perdagangan kemarin, Kamis (6/5/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah, meskipun Surat Berharga Negara (SBN) tampak dijual investor.

Pasar keuangan domestik diproyeksikan masih akan dipengaruhi oleh sentimen khususnya dari luar negeri pada Jumat (07/03/2025). Selengkapnya mengenai proyeksi bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin (06/03/2025) ditutup melesat 1,32% ke posisi 6.617,85. IHSG sudah kembali bergerak di atas level 6.600an.

Nilai transaksi indeks kemarin mencapai sekitar Rp 12,35 triliun dengan melibatkan 15,88 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,06 juta kali. Sebanyak 410 saham menguat, 184 saham melemah, dan 201 saham stagnan.

Sementara dari sisi investor asing, tampak net sell dalam jumlah yang sedikit Rp37,09 miliar di seluruh pasar.

Sembilan dari 11 indeks sektoral berada di zona hijau. Sektor technology merupakan sektor yang terbang paling signifikan yakni 5,47%, diikuti dengan sektor energy yang naik 2,68%, serta sektor healthcare yang menguat 2,34%.

Sedangkan hanya sektor infractructure dan non-cyclical masing-masing tertekan sebesar 0,04% dan 0,52%.

Saham-saham secara umum mengalami penguatan termasuk saham perbankan pasca angin segar dari JP Morgan.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menjelaskan penguatan harga saham emiten bank karena adanya angin segar, seiring dengan JP Morgan yang mengerek peringkat emiten perbankan.

Selain itu,dia juga menilai valuasi emiten bank jumbo saat ini juga sangat menarik, karena telah mengalami koreksi dalam beberapa hari terakhir.

"Ini juga efek dari teknikal rebound pasar sepertinya sudah melihat ini berlebihan sehingga masuk kembali ke saham-saham karena sudah saking murah dan secara teknikal juga kondusif," ungkap Arjun kepada CNBC Indonesia, Kamis (6/3/2025).

Kendati terjadi kenaikan yang signifikan, namun sentimen yang datang dari eksternal tampaknya akan memberikan pengaruh yang cukup besar untuk pasar keuangan domestik hari ini.

Terkhusus soal tarif Trump terhadap negara mitra dagangnya dan hasil pertemuan antara Trump dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky yang siap mengakhiri perang dengan Rusia.

Tarif yang telah lama diancamkan oleh Trump terhadap Kanada dan Meksiko mulai berlaku pada Selasa, membuat pasar global gelisah dan memicu pembalasan mahal dari sekutu Amerika Serikat di Amerika Utara.

Mulai tepat lewat tengah malam Selasa, impor dari Kanada dan Meksiko kini dikenakan pajak sebesar 25%, dengan produk energi Kanada dikenai bea masuk sebesar 10%.

Tarif 10% yang sebelumnya diberlakukan Trump terhadap impor dari China pada Februari kini digandakan menjadi 20%, dan Beijing membalas pada Selasa dengan tarif hingga 15% terhadap berbagai ekspor pertanian AS. Selain itu, China memperluas daftar perusahaan AS yang dikenai kontrol ekspor dan pembatasan lainnya sebanyak sekitar dua lusin.

Beralih ke pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau ditutup melemah 0,09% di angka Rp16.325/US$ pada Kamis (5/3/2025). Depresiasi ini mematahkan tren penguatan yang telah terjadi selama tiga hari beruntun.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang menyampaikan bahwa pelemahan dolar AS ke level 104, terendah dalam empat bulan, terjadi di tengah ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump terhadap China, Kanada, dan Meksiko.

Dengan DXY yang berpotensi mengalami tekanan, maka akan membawa angin segar bagi mata uang Garuda untuk sementara waktu.

Selanjutnya, beralih pada imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau naik 0,54% menjadi 6,887%.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini menunjukkan investor cenderung untuk melepas SBN Tanah Air.

Pages

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |