Indef Kritisi KEMPPKF 2026: Ekonomi Tumbuh Tapi Kurs Rp 16.900

1 day ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan kejanggalan desain Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF) 2026.

Ia bilang, keanehan itu terlihat dari target upaya pertumbuhan ekonomi yang didesain di rentang 5,2% sampai dengan 5,8%, namun kurs rupiah malah ditetapkan terdepresiasi di level Rp 16.500 sampai dengan Rp 16.900 per dolar AS.

"Ini menurut saya sinyal yang membingungkan ke pasar," kata Eko dalam diskusi publik tentang KEM PPKF 2026 secara daring, Rabu (28/5/2025).

Eko menjelaskan, sebetulnya, ketika pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi tinggi, biasanya kurs rupiah disetting apresiasi dengan sentimen optimistis. Sebab, mempertimbangkan tingginya target investasi yang masuk hingga kinerja ekspor yang tinggi.

Bila investasi ditarget tinggi, ia mengatakan, otomatis pemerintah menargetkan aliran modal, termasuk dalam bentuk investasi portofolio, makin deras masuk ke RI, sehingga mempertebal pundi-pundi devisa negara.

Demikian pula dengan kinerja ekspor. Bila komponen struktur ekonomi itu ditargetkan tinggi untuk mencapai pertumbuhan di level 5,2%-5,8% otomatis perhitungan kurs seharusnya juga apresiasi dari kondisi saat ini yang di kisaran Rp 16.300, merujuk pada kinerja ekspor yang seharusnya juga mendatangkan devisa.

"Nah kalau kita setting kurs Rp 16.500-16.900, dan sebulan terakhir kurs kita menguat Rp 16.300-an itu menjadi pertanyaan, kita mau tumbuhkan pertumbuhan ekonomi dari sisi mananya," tegas Eko.

Apalagi, ia menekankan, fundamental ekonomi biasanya menjadi ukuran utama yang menjadi pembentuk sentimen para pelaku pasar keuangan termasuk investor. Bila ekonomi ditarget tumbuh tinggi, seharusnya pemerintah optimistis kurs bisa terus menguat.

"Jadi ini membuat pertanyaan, kalau rupiah kita sudah disetting melemah apakah ini sudah dipikirkan baik-baik angka yang sudah memberi confidence ke market? Jangan-jangan dengan angka ini orang kemudian yakin enggak akan mencapai 5% tahun depan," papar Eko.

"Biasanya rupiah kita akan menguat kalau pertumbuhan ekonomi meningkat. Karena itu memberikan ekspektasi positif ke perekonomian, termasuk rupiahnya sendiri," ungkapnya.

Eko mengingatkan, saat ini sejumlah indikator ekonomi sebetulnya bisa membuat lebih percaya diri terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Misalnya, cadangan devisa yang melimpah, hingga indeks dolar yang saat ini trennya terus melemah.

"Faktanya rupiah sekarang sedikit menguat dibanding situasi ketika Trump Tariff, walau masih di atas asumsi makro APBN 2025 di level Rp 16.000. Jadi perlu direview lagi kebijakan atau faktor-faktor ini kenapa disettingnya terlalu pesimis," ucap Eko.


(arj/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Butuh Investasi Rp 735 Triliun Untuk Mencapai Ekonomi 8%

Next Article Demi Kejar 8%, Ekonomi RI Harus Tumbuh 5,5% Tahun Ini

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |