Jakarta, CNBC Indonesia- Tren penurunan konsumsi alkohol terjadi di berbagai belahan dunia, dari Amerika hingga Asia. Faktor utama di balik perubahan ini adalah meningkatnya kesadaran akan kesehatan, perubahan pola konsumsi di kalangan anak muda, serta kebijakan pemerintah yang semakin ketat terhadap minuman beralkohol.
Data terbaru menunjukkan bahwa konsumsi wine dan sake menurun, sementara dampak alkohol ilegal seperti yang terjadi di Turki semakin menjadi perhatian global.
Industri wine menghadapi tantangan berat karena konsumsi yang terus merosot.
Organisasi Internasional Wine and Vine mencatat produksi wine global turun 2% tahun lalu, mencapai level terendah sejak 1961. Permintaan pun menurun, dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan perubahan perilaku konsumen. Richard Halstead dari IWSR menyebutkan bahwa masyarakat kini lebih sadar akan dampak kesehatan dari alkohol, sehingga mengurangi frekuensi konsumsi wine dalam kehidupan sehari-hari.
Foto: Ilustrasi Botol wine (REUTERS/Max Rossi)
Wine bottles are seen in a wine shop in Rome, Italy October 15, 2018. REUTERS/Max Rossi
Namun, industri beradaptasi dengan menawarkan opsi baru seperti wine organik, wine tanpa alkohol, serta varietas premium.
Dilansir dari CNBC International, CEO Hedonism Wines, Tatiana Fokina, menyebutkan bahwa konsumen kini lebih selektif dan cenderung memilih wine berkualitas tinggi daripada membeli dalam jumlah banyak. Di Eropa, pasar wine organik diperkirakan tumbuh dengan CAGR 10,3% hingga 2030.
Di Jepang, konsumsi sake mengalami penurunan signifikan. Generasi muda lebih memilih minuman lain seperti bir atau koktail, sementara populasi yang menua turut mengurangi permintaan. Sejak 2000-an, produsen sake berupaya menarik perhatian konsumen muda dengan menghadirkan varian rasa baru dan bekerja sama dengan merek internasional. Namun, tantangan tetap besar karena perubahan gaya hidup dan selera konsumen.
Di sisi lain, masalah alkohol ilegal terus menjadi ancaman serius, terutama di negara-negara dengan pajak tinggi pada alkohol. Di Turki, 23 orang meninggal dalam waktu 48 jam akibat mengonsumsi alkohol oplosan yang mengandung metanol. Pemerintah Turki telah memperketat regulasi alkohol sejak 2013, termasuk melarang iklan dan sponsor terkait minuman beralkohol. Namun, kebijakan ini justru mendorong peningkatan produksi alkohol ilegal yang berisiko tinggi bagi kesehatan masyarakat.
Generasi Z memainkan peran besar dalam penurunan konsumsi alkohol global. Survei Gallup menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi minuman beralkohol di kalangan usia 18-34 tahun di AS turun dari 5,2 gelas per minggu pada 2001-2003 menjadi 3,6 gelas pada 2021-2023. Selain itu, hanya 38% dari mereka yang mengaku sebagai peminum rutin, dibandingkan dengan 49% dua dekade lalu.
Faktor utama di balik perubahan ini adalah meningkatnya kesadaran kesehatan. Survei Gallup terbaru menunjukkan bahwa 52% anak muda AS percaya bahwa bahkan konsumsi alkohol dalam jumlah moderat berdampak buruk bagi kesehatan, meningkat 18 poin dalam lima tahun terakhir. Selain itu, maraknya penggunaan ganja juga menjadi faktor substitusi bagi sebagian anak muda.
Dari Amerika hingga Asia, konsumsi alkohol menurun akibat perubahan perilaku konsumen, peningkatan kesadaran kesehatan, serta kebijakan pemerintah yang lebih ketat. Industri alkohol, terutama wine dan sake, berusaha beradaptasi dengan menawarkan alternatif seperti minuman rendah alkohol dan varian organik. Sementara itu, maraknya alkohol ilegal di beberapa negara menunjukkan risiko baru yang perlu diatasi dengan regulasi yang lebih efektif. Generasi Z menjadi penggerak utama dalam tren ini, mengubah budaya minum global ke arah yang lebih sadar kesehatan. Banyak yang Meninggal Karena Minum Alkohol Oplosan di Turki
Berbanding terbalik dengan sejumlah negara, Turki kini dihadapkan pada persoalan pelik terkait alkohol. Sebanyak
Kenaikan harga alkohol akibat pajak yang tinggi telah memperburuk masalah ini. Dengan meningkatnya biaya untuk minuman beralkohol yang sah, banyak individu dan bisnis beralih ke alkohol oplosan sebagai alternatif yang lebih murah, yang seringkali berujung pada konsekuensi yang berbahaya dan mematikan. Pengenaan pajak tambahan pada alkohol dan tembakau untuk tahun 2025 oleh pemerintah Turki, meskipun mungkin dimaksudkan untuk menangani masalah kesehatan masyarakat atau keuangan, tanpa sengaja berkontribusi pada berkembangnya pasar gelap di mana keselamatan tidak dapat dijamin.
Situasi ini menyoroti pentingnya mengatur pasar alkohol sambil memastikan bahwa orang memiliki akses ke opsi yang aman dan terjangkau. Meningkatnya konsumsi alkohol ilegal menimbulkan kekhawatiran besar terkait kesehatan masyarakat, seperti yang terlihat dari kematian dan rawat inap yang tragis di kedua kota ini.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)