Siaga Dunia! Risiko 'Trumpcession' Meningkat, Amerika Resesi

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko ekonomi Amerika Serikat (AS) akan memasuki resesi tahun ini meningkat. Hal ini ditegaskan para ekonom.

Pendekatan Presiden AS Donald Trump disebut kacau. Perang dagang yang ia lakukan dengan kenaikan tarif malah menghantam pasar.

Perlu diketahui Senin, Wall Street anjlok tajam. Investor melihat bagaimana perang dagang sang presiden tak bisa diprediksi sementara penanganan ekonomi akan menghantam pertumbuhan.

Indeks Dow Jones misalnya turun 1,5%, sementara S&P 500 turun 2,4%. Penurunan terjadi di tengah anjloknya kepercayaan bisnis dan konsumen dari data terbaru AS baru-baru ini.

Dari data ekonomi AS beberapa minggu terakhir, belanja konsumen turun signifikan di Januari, terbesar dalam empat tahun terakhir, di tengah pelebaran defisit perdagangan AS hingga mencapai rekor US$ 131 miliar di bulan yang sama. Perusahaan dilaporkan bergegas memindahkan barang sebelum tarif berlaku.

Mengutip The Guardian, Selasa (11/3/2025), para ekonom mengatakan risiko 'Trumpcession' meningkat karena tindakan nekat dan pendekatan tarif yang terputus-putus dari Trump mengguncang investor global, yang dicontohkan dengan keputusan minggu lalu untuk menghentikan tarif AS atas barang-barang dari Kanada dan Meksiko untuk kedua kalinya dalam beberapa bulan. Trumpcession sendiri merupakan idiom dari Trump dan recession atau resesi, penurunan ekonomi atau negatif dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun.

"[Keputusannya] yang berubah-ubah tentang tarif, dan pandangannya yang kuno tentang Amerika terlebih dahulu, membebani konsumsi dan menghancurkan kepercayaan," ujar analis dari platform perdagangan XTB, Katleen Brooks.

Jumat lalu sebenarnya, analis Goldman Sachs sudah mengatakan bahwa peluang resesi AS telah meningkat dari 15% ke 20%. Morgan Stanley memangkas perkiraan pertumbuhan PDB 2025 dari 1,9% menjadi 1,5%.

Model GDPNow dari Federal Reserve Atlanta, yang memprediksi pertumbuhan berdasarkan data ekonomi yang tersedia, menunjukkan ekonomi AS dapat berkontraksi 2,4% di kuartal pertama (secara tahunan). Namun, angka tersebut dapat berubah-ubah dan sangat dipengaruhi oleh defisit perdagangan AS yang membengkak, yang kemungkinan akan berakhir pada bulan-bulan mendatang.

"Pasar sekarang mulai khawatir tentang prospek pertumbuhan pada tahun 2025," kata kepala ekonom di manajemen kekayaan global UBS, Paul Donovan.

"Kebijakan tarif Trump tidak dapat diprediksi, dengan serangkaian kemunduran yang begitu cepat sehingga hampir bertabrakan dengan pengumuman kenaikan pajak berikutnya," tegasnya.

"Kebijakan tarif AS yang cukup kacau masih memungkinkan perusahaan untuk menjual cerita kepada pelanggan mereka untuk menutupi kenaikan harga, dan beberapa mungkin juga mencoba untuk menaikkan harga dengan mengantisipasi tarif yang pada akhirnya dibatalkan."

Trump sendiri juga menolak untuk menenangkan warganya soal potensi resesi. Ia memperingatkan akan ada "masa transisi" dan cenderung tidak mengesampingkan kemungkinan resesi pada 2025.

"Saya tidak suka memprediksi hal-hal seperti itu, ada periode transisi," katanya dalam wawancara dengan Fox News Minggu waktu setempat, dimuat AFP.

"Butuh sedikit waktu," ujarnya.

Resesi yang Dibuat?

Sementara itu, ahli strategi valas dan makro di Convera mengatakan Trump menggunakan terori "hard reset". Pemerintah AS yang baru dengan sengaja merekayasa perlambatan.

Dengan menggunakan tarif, mereka bertujuan untuk mengekang inflasi, menurunkan suku bunga, dan melemahkan dolar. Semuanya untuk menciptakan lanskap ekonomi yang lebih stabil untuk agenda Trump.

"Meskipun teori ini mungkin tampak tidak masuk akal, pasar semakin condong ke kemungkinan perlambatan. Saham telah dijual, dolar melemah, dan ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga Fed pada tahun 2025 meningkat," kata Kevin Ford.

"Para skeptis mempertanyakan apakah strategi ... terlalu rumit untuk kabinet ekonomi Trump, dengan mengutip pergerakan yang tidak menentu pada kebijakan perdagangan, sementara yang lain menunjuk pada petunjuk media sosial tentang agenda pengaturan ulang ekonomi."

Kepala Ekonom Berenberg Bank dalam sebuah wawancara dengan CNBC International juga mengatakan ekonomi sebenarnya tangguh. Resesi pun seharusnya tak perlu dibesar-besarkan.

"Saya tidak berpikir kita akan berbicara tentang resesi AS. Ekonomi AS tangguh, menurut saya, sebagian besar terlepas dari Donald Trump," kata Holger Schmieding.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: PNS Bakal Kerja Pakai Sistem FWA - AS Minta 'Bayaran'

Next Article Trump atau Kamala Harris Pimpin AS, RI Tetap Siap-siap!

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |