Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia tertekan pada awal pekan ini, di tengah ketidakpastian geopolitik dan potensi pelemahan permintaan global. Diskusi lanjutan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran terkait program nuklir kembali menghidupkan kekhawatiran pasar atas potensi bertambahnya pasokan minyak global.
Pada penutupan perdagangan Senin (21/4/2025), harga minyak jenis Brent kontrak Juni melemah 1,7% ke level US$66,80 per barel. Sementara itu, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei juga turun 1,7% ke US$63,57 per barel.
Pelemahan harga ini sekaligus menghentikan reli dua hari sebelumnya, saat Brent sempat menyentuh US$67,96 pada Kamis lalu. Secara mingguan, Brent masih mencatatkan kenaikan 4,9% pekan lalu, namun tekanan baru mulai kembali menghampiri.
Ketegangan geopolitik menjadi fokus utama pelaku pasar. Iran mengonfirmasi bahwa perundingan dengan AS mengenai program nuklir kembali dilakukan pada Sabtu (19/4/2025), dengan hasil awal yang disebut "lebih konstruktif". Diskusi dijadwalkan akan berlanjut di Oman pada Rabu (23/4/2025).
Pasar menilai, apabila terjadi kesepakatan, sanksi terhadap ekspor minyak Iran berpotensi dilonggarkan, yang dapat memperbesar pasokan global. Hal ini menjadi sentimen negatif bagi harga, apalagi di tengah ancaman pelemahan permintaan akibat perang dagang yang dipimpin AS.
Selain itu, kekhawatiran terhadap dampak tarif dan balasan dagang antara AS dan mitra utamanya, seperti China, ikut menyeret sentimen pasar. Investor cemas bahwa perlambatan ekonomi yang dipicu kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump bisa memangkas permintaan energi secara global.
Dari sisi suplai, OPEC+ justru menunjukkan laju produksi yang lebih cepat dari ekspektasi pasar. Keputusan ini memicu kekhawatiran akan kembali terjadinya kelebihan pasokan, yang sebelumnya sempat ditekan oleh pemangkasan output.
Volume perdagangan minyak mentah juga diperkirakan lebih tipis dari biasanya, seiring dengan libur nasional di sejumlah negara untuk memperingati Hari Paskah.
Meski begitu, para analis menilai tekanan terhadap harga minyak saat ini lebih bersifat jangka pendek. Pasar akan terus mencermati hasil pembicaraan Iran-AS, serta data ekonomi AS yang dijadwalkan rilis pekan ini untuk membaca arah permintaan lebih lanjut.
CNBC Indonesia
(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Harga Komoditas Jeblok, Begini Nasib Saham Minyak
Next Article Harga Minyak Melemah, Pasar Tunggu Perkembangan Perang Rusia-Ukraina