Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas akhirnya melandai usai imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS) naik dan perhatian para pelaku pasar tertuju pada data pekerjaan AS.
Pada perdagangan Kamis (6/3/2025), harga emas dunia di pasar spot melemah 0,30% di level US$2.909,99 per troy ons. Pelemahan tersebut mematahkan kenaikan harga emas selama tiga hari beruntun.
Pada perdagangan hari ini Jumat (7/3/2025) hingga pukul 06.22 WIB, harga emas dunia di pasar spot mulai menguat 0,07% di posisi US$2.912,15per troy ons.
Harga emas turun pada perdagangan Kamis karena meningkatnya imbal hasil Treasury AS dan aksi taking profit alias ambil untung, sementara perhatian pasar beralih ke data penggajian hari Jumat untuk mendapatkan wawasan tentang langkah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).
"Kami hanya melihat sedikit tekanan aksi ambil untung dari kenaikan baru-baru ini, fundamental yang mendasari emas masih bullish, hal lain yang memberikan sedikit tekanan pada pasar emas adalah kenaikan imbal hasil obligasi," ujar Jim Wyckoff, analis pasar senior di Kitco Metals.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun mencapai titik tertinggi dalam lebih dari satu minggu, sehingga mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil. Emas sebagai aset safe haven telah naik lebih dari 10% pada tahun ini di tengah ketidakpastian geopolitik dan mencapai rekor tertinggi US$2.956,15 pada tanggal 24 Februari 2025.
AS memberlakukan tarif 25% atas impor dari Meksiko dan Kanada pada hari Selasa dan bea lebih lanjut atas barang-barang China. Namun, pada hari Rabu, Gedung Putih mengonfirmasi akan membebaskan produsen mobil dari tarif Kanada dan Meksiko selama sebulan, tergantung pada kepatuhan mereka terhadap aturan perdagangan bebas yang berlaku.
Semua mata tertuju pada laporan penggajian nonpertanian AS yang akan dirilis pada hari Jumat. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan adanya kenaikan 160.000 pekerjaan pada Februari. Tambahan pekerjaan pada Januari 2025 tercatat 143.000.
Jika data penambahan tenaga kerja lebih buruk dari bulan lalu maka artinya semakin banyak warga AS yang belum bekerja atau menganggur. Data ini akan semakin menegaskan tengah melemahnya sektor letenagakerjaan.
Jika pengangguran meningkat maka ada potensi The Fed untuk memangkas suku bunga lebih cepat dan lebih besar pada tahun ini. Kondisi ini akan menguntungkan emas.
The Fed telah mempertahankan suku bunga pada Januari di level 4,25-4,5% setelah melakukan tiga kali pemotongan suku bunga tahun lalu. Prediksi pasar menunjukkan pelonggaran akan dilanjutkan pada Juni.
Terkait tenaga kerja, AS mengumumkan jika klaim pengangguran awal di Amerika Serikat turun sebanyak 21.000 dari minggu sebelumnya menjadi 221.000 pada minggu terakhir Februari. Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 235.000, dan kembali ke level rendah historis setelah mencapai puncak dua bulan sebelumnya.
Sementara itu, klaim berkelanjutan naik sebanyak 42.000 menjadi 1.897.000.
Namun, data lain dari kategori yang berbeda mencatatkan hal negatif. Jumlah pegawai federal yang kena PHK melonjak menjadi 1.634 pada tujuh hari yang berakhir 22 Februari dari 614 pada minggu sebelumnya. Klaim ini dilaporkan dengan keterlambatan dua minggu.
Klaim federal umumnya rata-rata sekitar 500 hingga 600 per minggu pada tahun sebelum Trump terpilih.
Puluhan ribu pekerja pemerintah dilaporkan telah dipecat, sehingga klaim federal ini diperkirakan akan terus meningkat. Pemecatan lebih lanjut juga diperkirakan akan terjadi.
Pekerja pemerintah dibayar manfaat dari dana pengangguran yang didanai secara terpisah oleh pemerintah federal, tetapi mereka mengajukan klaim pengangguran di negara bagian tempat mereka tinggal. Beberapa klaim federal ini mungkin muncul dalam angka negara bagian terlebih dahulu hingga klaim tersebut diproses.
Kontraktor swasta yang kehilangan pekerjaan karena pemotongan pengeluaran pemerintah memang menerima manfaat pengangguran melalui program negara bagian biasa.
Pemecatan massal pekerja pemerintah federal dapat meningkatkan klaim pengangguran dalam beberapa bulan mendatang, tetapi kehilangan pekerjaan ini mungkin tidak memiliki dampak besar pada ekonomi itu sendiri. Tenaga kerja federal, kecuali Pos Indonesia, mewakili kurang dari 1% dari seluruh pekerja AS.
Namun, serangkaian tarif tinggi yang diusulkan oleh Presiden Trump dan pemotongan besar dalam pengeluaran federal dapat membebani ekonomi AS dalam beberapa bulan mendatang, peringatan analis.
Data lain juga menunjukkan jika pada Februari 2025, pengusaha di AS mengumumkan pemutusan hubungan kerja sebanyak 172.017, yang merupakan jumlah tertinggi sejak Juli 2020, dibandingkan dengan 49.795 pada Januari. Ini juga merupakan jumlah tertinggi untuk bulan Februari sejak 2009
"Ada kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut dari The Fed daripada yang diperkirakan saat ini di tengah melemahnya data, yang menambah lapisan ketidakpastian lain di pasar," ujar Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com.
"Di tengah semua sinyal yang saling bertentangan ini, emas berhasil bertahan di dekat level tertinggi baru-baru ini dan masih berada di jalur yang tepat untuk berpotensi mencapai US$3.000 di beberapa titik dalam waktu dekat," tambah Razaqzada.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)