Soal Utang Kereta Cepat, Bos Danantara: Dividen Hanya Untuk Investasi

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia — Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) menegaskan, hasil dividen perusahaan BUMN yang dikelola oleh lembaga investasi tersebut tidak digunakan untuk membayar utang perusahaan pelat merah.

"Nggak ada buat bayar utang, ini semuanya untuk investasi," kata Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir di Hotel JS Luwansa Jakarta, Kamis (16/10).

Pandu mengungkapkan, seluruh aset perusahaan BUMN yang dikelola oleh Danantara seluruhnya untuk kebutuhan investasi.

Sementara, terkait dengan proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh masih didiskusikan dengan pihak terkait, termasuk Kementerian.

"Nanti kita harus pelajari dulu, dari situ dikasih alternatif, nanti dari sisi alternatif biar diomongkan di lintas kementerian," ucapnya.

Sebagai informasi, proyek mercusuar yang diselesaikan era pemerintahan Presiden Joko Widodo tersebut dalam situasi polemik, karena beban utang proyeknya membebani neraca keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero).

PT KAI dalam proyek itu berperan sebagai pemimpin perusahaan konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, yang menjadi pemegang saham mayoritas di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), pengelola Whoosh.

Diketahui, proyek ini mengalami pembengkakan nilai proyek dari US$ 6,07 miliar menjadi sekitar US$ 7,27 miliar. Mayoritas porsi utang dari pembiayaan proyek ini didominasi oleh pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga utang mencapai 3,7%-3,8% dengan tenor hingga 35 tahun.

Adapun konsorsium pelat merah, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia memegang 60% saham KCIC, sedangkan China melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd memiliki 40%.

Perusahaan pelat merah yang tergabung dalam tubuh PSBI antara lain, PT KAI 58,53%, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 33,36%, PT Jasa Marga (Persero) Tbk 7,08%, dan PT Perkebunan Nusantara I 1,03%.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan enggan menggunakan APBN untuk ikut menanggung beban utang proyek Whoosh yang dikelola oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Purbaya menjelaskan, ini karena Danantara sebagai holding BUMN sudah memiliki kemampuan finansial sendiri karena dividen sudah langsung masuk ke kasnya.

"Mereka kan sudah punya manajemen sendiri, sudah punya dividen sendiri, yang rata-rata setahun bisa dapat Rp 80 triliun atau lebih," kata Purbaya saat diskusi dengan media massa secara daring, Jumat (10/10/2025).

"Harusnya mereka manage dari situ, jangan sampai kita lagi, karena kan kalau enggak ya semuanya kita lagi," tegasnya.

Meski begitu, Purbaya menegaskan, dirinya belum diajak diskusi langsung oleh pihak manajemen Danantara untuk mengelola utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

"Saya belum dihubungi untuk masalah itu sih. Nanti begitu ada saya kasih tau update-nya seperti apa," ujar Purbaya.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos OJK Buka Suara Soal Aliran Dividen BUMN ke Danantara

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |