Waspada! Benjolan di Leher Bisa Jadi Kanker Limfoma, Begini Cara Ceknya

2 days ago 7

Jakarta -

Benjolan yang muncul di beberapa area seperti leher, ketiak, dada, dan panggul rupanya bisa menjadi salah satu tanda limfoma, yakni jenis kanker yang terjadi karena sel darah putih, yaitu limfosit yang mengalami pertumbuhan tidak terkendali dan menumpuk di dalam sistem limfatik atau kelenjar getah bening. Sehingga, tak jarang limfoma disebut juga sebagai kanker kelenjar getah bening.

Berbeda dengan jenis kanker darah lain seperti leukimia yang sudah dikenal luas, menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kanker dan Kelainan Darah di Mayapada Hospital Kuningan, Prof.Dr.Dr.dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD, KHOM, M.Epid, M.PdKed, FACP, FINASIM, FISQua, menjelaskan limfoma masih kurang diketahui oleh masyarakat umum, sehingga penting untuk mengenali gejala limfoma sejak dini agar dapat ditangani dengan pengobatan yang efektif.

Selain munculnya benjolan, limfoma juga ditandai dengan demam dan keringat berlebih di malam hari, penurunan berat badan hingga 10 persen dari total berat badan selama 6 bulan tanpa diet atau olahraga, perut membengkak dan cepat merasa kenyang setelah makan sedikit, nyeri atau tekanan di dada, sesak napas, atau batuk, sering mengalami infeksi, mudah memar dan berdarah.

Limfoma dapat tumbuh di bagian tubuh mana pun karena kelenjar getah bening tersebar di seluruh tubuh termasuk di leher, ketiak, dada, panggul, limpa, sumsum tulang, kelenjar thymus, tonsil, serta lambung dan usus. Limfoma seringnya ditemukan pada orang dewasa muda dan lebih banyak dialami oleh laki-laki daripada perempuan.

Lebih lanjut, limfoma juga terbagi menjadi dua jenis yaitu, Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non-Hodgkin (NHL).

"NHL adalah jenis yang paling umum di Indonesia dan dunia, termasuk pada anak-anak, dengan sekitar 80 persen kasus berasal dari limfoma sel-B sementara sel-T lebih jarang ditemui dan lebih sulit disembuhkan," kata Prof. Ikhwan yang kini mengepalai Tim Tumor Board Mayapada Hospital Group.

NHL sendiri terbagi menjadi 2 tipe meliputi tipe indolent, yang berkembang lambat dan bisa hanya memerlukan pemantauan (watchful waiting), serta tipe agresif, seperti Diffuse Large B-Cell Lymphoma (DLBCL), yang tumbuh cepat tetapi masih dapat disembuhkan dengan pengobatan. Jika tidak ditangani, semua jenis NHL bisa menyebar ke sistem getah bening lainnya.

Untuk mendeteksi limfoma, terdapat beberapa metode pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan seperti CT-Scan, MRI, X-Ray, pemeriksaan darah, pemeriksaan sumsum tulang, dan ada pula tes diagnosis utama yaitu metode biopsi, yang mengambil sebagian atau seluruh kelenjar getah bening untuk melihat ada tidaknya sel kanker dalam tubuh.

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kanker dan Kelainan Darah dari Mayapada Hospital Tangerang, Dr. Resti Mulia Sari, Sp.PD KHOM, biopsi tidak selalu dilakukan dengan segera karena banyak gejala limfoma juga bisa disebabkan oleh masalah lain, seperti misalnya infeksi.

'Biopsi dilakukan jika ukuran, tekstur, atau lokasi kelenjar getah bening atau adanya gejala lain yang mengarah ke limfoma," ujar Dr. Resti.

Jika seseorang terdiagnosis mengalami limfoma, maka selanjutnya dapat dilakukan pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Beberapa jenis pengobatan yang biasanya digunakan untuk limfoma antara lain imunoterapi, terapi target, radioterapi, sampai transplantasi atau cangkok sumsum tulang.

Dokter Resti juga mengungkapkan bahwa pengobatan limfoma biasanya menggunakan kombinasi beberapa jenis obat. Salah satu pengobatan yang sering digunakan untuk Limfoma Non-Hodgkin (NHL) adalah kombinasi tiga jenis kemoterapi, terapi target (antibodi monoklonal), dan steroid untuk membantu menghancurkan sel kanker. Pengobatan ini diberikan dengan jeda untuk memungkinkan pemulihan sel sehat.

Menurut dr. Resti, saat ini pengobatan kanker semakin maju dengan adanya terapi target dan imunoterapi yang langsung menyerang protein penyebab limfoma atau membantu sistem imun melawan kanker.

"Dalam setiap terapi, kombinasi akan disesuaikan dengan diagnosis, stadium, dan kondisi pasien. Meskipun tidak dapat disamaratakan, setidaknya 89 persen pasien Limfoma Hodgkin dan 74 persen pasien Limfoma Non-Hodgkin memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun setelah diagnosis," ungkap dr. Resti.

Peluang kesembuhan pasien Limfoma semakin tinggi dengan penanganan yang cepat sejak gejala muncul. Penting untuk berkonsultasi segera setelah menemukan gejala limfoma. Oncology Center Mayapada Hospital dapat menjadi pilihan untuk berkonsultasi karena layanan ini berfokus menangani masalah tumor dan kanker mulai dari deteksi, diagnosis, penanganan, hingga perawatan yang berkelanjutan, bersama tim dokter yang ahli dan berpengalaman menangani berbagai kasus kompleks. Pasien dapat dengan mudah berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital atau melalui Call Center 150770.

Layanan Oncology Center Mayapada Hospital semakin komprehensif dengan kehadiran Tumor Board yang terdiri dari tim dokter ahli untuk menyusun rencana perawatan kanker termutakhir dan menangani berbagai kasus kompleks. Selain itu, terdapat layanan Patient Navigator untuk memandu dan mendampingi pasien dalam setiap langkah perawatan hingga pulih. Layanan Oncology Center Mayapada Hospital dapat diakses melalui aplikasi MyCare dengan akses yang mudah dimana pun dan kapan pun.

Berbagai kesuksesan tindakan penanganan kanker di Oncology Center Mayapada Hospital dapat dibaca melalui fitur Health Articles & Tips yang ada di MyCare. Aplikasi ini juga memiliki fitur Personal Health untuk memantau aktivitas kebugaran dengan menghitung jumlah langkah kaki, detak jantung, jumlah kalori terbakar, dan Body Mass Index (BMI).

Dapatkan reward point saat pertama kali mengunduh MyCare di Google Play Store dan App Store. Reward point dapat digunakan sebagai potongan harga layanan di seluruh unit Mayapada Hospital.


(prf/ega)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |