Jakarta, CNBC Indonesia - Gedung Putih, meremehkan kekhawatiran akan resesi di Amerika Serikat (AS). Resesi sendiri berarti pelemahan ekonomi atau negatif, dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Mengutip CNBC International, pemerintah Trump "meremehkan" aksi jual pasar saham selama berminggu-minggu, dengan menegaskan bahwa langkah-langkah terkini oleh para pemimpin bisnis menunjukkan prospek yang "lebih cerah" bagi ekonomi AS. Perlu diketahui sebelumnya idiom "Trumpcession" juga viral di media global, merujuk kebijakan Donald Trump dan potensi resesi AS yang dibuatnya.
"Kami melihat perbedaan yang kuat antara 'semangat pasar saham' dan apa yang sebenarnya kami lihat dari para pelaku bisnis dan pemimpin bisnis," kata seorang pejabat Gedung Putih kepada wartawan pada Senin sore waktu setempat, dikutip Selasa (11/3/2024).
"Yang terakhir jelas lebih berarti daripada yang pertama mengenai apa yang akan terjadi pada ekonomi dalam jangka menengah hingga panjang," tambah sumber yang enggan disebut nama tersebut.
Sebelumnya, indeks Wall Street terjun payung di penutupan Senin. Dow Jones Industrial Average turun hampir 900 poin, Nasdaq mencatat sesi terburuknya sejak 2022, sementara S&P 500 turun 2,7%.
Para ahli menunjuk tarif besar-besaran sebesar 25% atas impor dari Meksiko dan Kanada di AS yang diumumkan Trump menjadi penyebab. Trump awalnya memberlakukan dan kemudian menghentikan sementara tarif ini bulan lalu tapi kemudian memberlakukan kembali dan menghentikannya sebagian lagi pekan lalu.
Hal ini menyebabkan ketidakpastian seputar kebijakan perdagangannya. Belum lagi pemecatan massal ribuan pegawai federal, yang dipimpin Departemen Efisiensi AS (DOGE), di bawah miliarder Elon Musk.
Akibatnya, ada pembalikan mendadak dari optimisme agresif ke risiko tinggi. Belum lagi, data dari model GDPNow Federal Reserve Atlanta, mengeluarkan prediksi ekonomi AS dapat berkontraksi 2,4% di kuartal pertama (secara tahunan).
"Anda tentu telah melihat beberapa semangat yang memicu reli pasar saham pada musim gugur memudar," kata wakil presiden ekonomi umum dan perdagangan di Institut libertarian CATO, Scott Lincicome.
"Orang-orang sekarang lebih memperhatikan risiko penurunan, potensi harga yang lebih tinggi, dan juga semua ketidakpastian," katanya.
"Dan itu, menurut saya, dapat ditelusuri kembali secara langsung ke presiden."
Perlu diketahui, dalam pernyataan terpisah pada Senin sore, juru bicara Gedung Putih Kush Desai, mengumumkan serangkaian komitmen baru pemimpin bisnis untuk menginvestasikan ratusan miliar di AS beberapa tahun mendatang. Termasuk Apple, yang mengumumkan rencana investasi senilai $500 miliar, Softbank, TSMC, dan Eli Lilly.
"Presiden Trump menghasilkan pertumbuhan lapangan kerja, upah, dan investasi yang bersejarah dalam masa jabatan pertamanya, dan akan melakukannya lagi dalam masa jabatan keduanya," kata Desai.
Kata Donald Trump
Sementara itu, dalam wawancara degan Fox News, dikutip Wall Street Journal (WSJ) Presiden Trump menolak untuk mengesampingkan kemungkinan bahwa ekonomi AS akan berkontraksi tahun ini dan memasuki resesi selama wawancara. Saat ditanya apakah kamu melihat akan ada resesi tahun ini, Trump mengatakan ia membenci prediksi seperti itu.
"Ada periode transisi, karena apa yang kita lakukan sangat besar," tegasnya.
"Kita membawa kembali kemakmuran ke Amerika.Ini hal besar," katanya.
"Dan, selalu ada periode.. Ini membutuhkan waktu."
Sekretaris Perdagangan Trump, Howard Lutnick juga mengataan ke NBC. Bahwa tak akan ada resesi terjadi di Amerika.
Jumat lalu sebenarnya, analis Goldman Sachs sudah mengatakan bahwa peluang resesi AS telah meningkat dari 15% ke 20%. Morgan Stanley memangkas perkiraan pertumbuhan PDB 2025 dari 1,9% menjadi 1,5%.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Siaga Dunia! Risiko 'Trumpcession' Meningkat
Next Article Profil Susie Wiles, 'Otak' Trump yang Jadi Kepala Staf Gedung Putih