Isu BPA dalam Air Galon Terbantahkan, Ini Temuan Terkini

4 weeks ago 28

Jakarta - Isu migrasi Bisphenol A (BPA) dari galon polikarbonat atau guna ulang ke dalam air minum kembali mendapat bantahan melalui hasil penelitian independen. Bantahan kali ini datang dari penelitian yang dilakukan oleh Kelompok Studi Kimia Organik Universitas Sumatera Utara (USU).

Penelitian ini dilakukan dengan menguji migrasi BPA pada empat merek air minum dalam kemasan (AMDK) galon yang populer di Kota Medan, Sumatera Utara. Keempat sampel tersebut terdiri dari dua merek nasional serta dua merek lokal.

Dari masing-masing merek, tiga sampel diambil dari titik distribusi yang berbeda. Pengujian dilakukan dalam tiga kondisi penyimpanan: normal (tidak terpapar sinar matahari langsung), serta terpapar sinar matahari selama 5 dan 10 hari.

Pengujian dilakukan menggunakan High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), alat yang dapat mendeteksi kandungan BPA hingga level mikrogram per liter (µg/L). Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada migrasi BPA ke dalam air minum, baik dalam kondisi normal maupun setelah terpapar sinar matahari.

Ketua Tim Peneliti, Prof. Dr. Juliati Tarigan, M.Si., menyatakan bahwa temuan ini menegaskan keamanan penggunaan galon polikarbonat untuk air minum.

"Meskipun galon didistribusikan pada siang hari, migrasi BPA ke dalam air minum tidak akan terjadi apabila suhu tidak mencapai 159 derajat Celcius. Sementara itu, suhu tertinggi yang tercatat di Indonesia hanya mencapai 38,5 derajat Celcius," ujar Prof. Juliati dalam keterangan tertulis, Kamis (13/2/2025).

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Universitas Islam Makassar (UIM) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Ketua Program Studi Kimia UIM, Endah Dwijayanti, menjelaskan bahwa penelitian mereka menguji beberapa merek air galon yang beredar di Kota Makassar.

Sampel dikumpulkan dari lima kecamatan dan diuji menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada kandungan BPA yang terdeteksi dalam air galon tersebut.

"Setelah dianalisis dengan instrumen GC-MS, hasilnya negatif, menunjukkan tidak ada kandungan BPA yang terdeteksi dalam air galon tersebut," kata Endah.

Penelitian berjudul 'Analisis Bisphenol-A dan Di-ethylhexyl Phthalates dalam air galon yang beredar di Kota Makassar' ini telah diterbitkan di Food Scientia, Journal of Food Science and Technology, Universitas Terbuka pada Juni 2023 lalu.

Sementara itu, penelitian ITB juga dilakukan terhadap empat merek air galon ternama di Bandung menggunakan HPLC dengan Limit of Detection (LoD) sebesar 0,0099 µg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel yang diuji tidak mengandung BPA dalam kadar terdeteksi.

Penelitian tersebut mengikuti metode uji baku keamanan dan kualitas air minum nasional dan internasional, baik standar dari BPOM, SNI, Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), maupun American Public Health Association (APHA), dengan menggunakan detail analisis kimia dari Association of Official Analytical Chemist International (AOAC).

Menurut Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB, Akhmad Zainal Abidin, penelitian ini menunjukkan bahwa air minum dalam galon polikarbonat memenuhi standar keamanan yang telah ditetapkan.

"Dari penelitian yang kami lakukan, kami tidak mendeteksi (non-detected/ND) BPA di semua sampel AMDK yang diuji," kata Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran IT," ujarnya.

Ketiga penelitian ini mengikuti metode uji baku yang telah ditetapkan oleh BPOM, SNI, Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), serta standar internasional seperti American Public Health Association (APHA) dan Association of Official Analytical Chemist International (AOAC).

Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan kepastian bahwa penggunaan galon polikarbonat untuk air minum tetap aman dan sesuai dengan standar yang berlaku.


(akn/akn)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |