Kanker di Organ Pencernaan pada Milenial-Gen X Mengkhawatirkan, Apa Pemicunya?

2 weeks ago 17

Jakarta -

Tidak ada rekomendasi pemeriksaan khusus untuk kanker usus buntu, tetapi gejala penyakit ini biasanya meliputi nyeri perut atau panggul, kembung, mual, dan muntah, yang sering kali menyerupai gejala radang usus buntu. Kanker usus buntu dapat diobati dengan pembedahan, yaitu pengangkatan usus buntu. Jika kanker telah menyebar, pasien sering kali diberikan kemoterapi.

"Ini adalah penyakit yang jika tidak terdeteksi sebelum usus buntu pecah, sel tumor akan menyebar ke seluruh rongga perut," kata dr Andreana Holowatyj, penulis utama studi dan asisten profesor hematologi dan onkologi di Vanderbilt University Medical Center dan Vanderbilt-Ingram Cancer Center.

"Itulah sebabnya hingga 1 dari 2 pasien didiagnosis saat sudah metastasis atau kanker yang telah menyebar," lanjutnya.

Meningkatnya kanker pada orang dewasa muda

Studi yang menunjukkan peningkatan kejadian kanker usus buntu di antara orang dewasa muda yakni generasi X dan milenial, tidak mengejutkan bagi Andrea Cercek, salah satu Direktur Pusat Kanker Kolorektal di salah satu fasilitas medis AS.

"Kita telah mengetahui bahwa kanker usus buntu yang muncul lebih awal merupakan bagian dari kisah lebih besar tentang kanker, termasuk kanker kolorektal," kata Cercek, yang tidak terlibat dalam penelitian baru tersebut.

Ia telah melihat tren tersebut secara langsung di antara pasiennya sendiri, tetapi masih belum jelas faktor spesifik apa yang mungkin mendorong peningkatan ini.

"Ada banyak penyebab, termasuk perubahan gaya hidup, perubahan pola makan. Orang-orang berbicara tentang obesitas, kurang aktivitas. Tetapi tidak ada yang cocok untuk semua orang. Dan kemudian ada perubahan lingkungan," kata Cercek.

"Saya pikir itu mungkin semacam kombinasi, sesuatu yang multifaktorial, tetapi kami belum mengidentifikasinya."

Meskipun insidennya meningkat, Cercek menekankan kanker usus buntu masih jarang terjadi.

"Ini sangat jarang, meskipun meningkat," katanya. "Namun, ini adalah bagian penting dari kisah menyeluruh tentang peningkatan kanker pada orang dewasa muda."

Salah satu pasien di AS dengan kondisi kanker usus besar, William, semula merasa dirinya sangat sehat dan bisa melakukan segala aktivitas dengan baik. Ia mengonsumsi makanan yang sebagian besar sehat dan berolahraga secara teratur, tetapi sebagai manajer proyek saat itu untuk negara bagian New York, ia juga mengalami banyak stres.

Pada usia 42 tahun, ia mengalami serangan jantung pertamanya. Ia mengalami serangan jantung kedua beberapa minggu setelah didiagnosis kanker usus buntu.

Kemudian serangan ketiga terjadi tak lama setelah operasinya di Memorial Sloan Kettering Cancer Center. Sementara tahun lalu, Williams mengalami serangan jantung keempat. Penyumbatan ditemukan di jantungnya dan dia mengatakan dirawat dengan pemasangan stent, saat tabung fleksibel dipasang di arteri untuk meningkatkan aliran darah ke jantung.

"Banyak hal yang saya alami disebabkan oleh stres," kata Williams.

"Kepribadian saya adalah kepribadian yang sangat saya pahami. Terutama di kalangan pria, kita cenderung sangat memahami karena kita merasa harus memikul beban dunia di pundak kita," katanya.

Sebagai catatan, dibandingkan dengan orang yang lahir antara 1941 hingga 1949, tingkat kejadian kanker usus buntu meningkat tiga kali lipat di antara orang yang lahir antara 1976 dan 1984, empat kali lipat di antara orang yang lahir antara 1981 dan 1989, menurut penelitian yang dipublikasikan minggu ini di Annals of Internal Medicine. Peningkatan kejadian ditemukan terjadi antara 1975 hingga 2019.

"Secara keseluruhan, ini mengkhawatirkan," kata dr Andreana.

"Kami melihat beberapa efek generasional ini untuk kanker usus besar, rektum, lambung, dan itulah salah satu alasan mengapa kami ingin meneliti hal ini pada kanker usus buntu yang langka. Namun, tingkat dan tren yang kami amati mengkhawatirkan dan mengkhawatirkan," katanya.


(naf/kna)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |