Jakarta -
Waktu libur seringkali dijadikan momen untuk anak sunat. Hal ini dikarenakan libur panjang bisa dijadikan waktu untuk recovery setelah sunat. Waktu recovery setelah sunat bisa memakan waktu hingga dua pekan, tergantung kondisi anak.
Sebenarnya kapan sih waktu terbaik untuk anak sunat? Apakah ada usia-usia tertentu yang lebih diutamakan untuk anak sunat? Begini penjelasannya.
Apa Itu Sunat?
Dikutip dari Mayo Clinic, sunat atau khitan adalah tindakan pembedahan untuk menghilangkan kulit yang menutupi ujung penis, disebut kulup. Selain sebagai ritual keagamaan, sunat kadang perlu dilakukan karena ada masalah medis yang melatarbelakangi, contohnya kulup terlalu ketat sehingga tidak bisa ditarik ke belakang.
Berikut ini sederet manfaat dari prosedur sunat:
Mempermudah pembersihan penis
Kulup yang dihilangkan saat sunat mempermudah pembersihan penis secara langsung. Penis yang tidak dijaga kebersihannya memicu bau tidak sedap, infeksi, hingga peradangan.
Kulup bisa menjadi tempat berkembang biak virus dan bakteri karena lingkungan yang lembab. Beberapa studi menunjukkan pria yang disunat memiliki risiko infeksi herpes, sifilis, dan HIV yang lebih rendah.
Meski demikian, perlu diingat perlindungan hubungan intim yang aman terap perlu menggunakan alat kontrasepsi.
Secara umum, laki-laki memang lebih jarang mengalami infeksi saluran kemih daripada wanita. Tapi, anak yang tidak disunat memiliki risiko 10 kali lebih besar untuk mengalami infeksi.
Meski kasus kanker penis sangat jarang, menurut American Academy of Pediatrics, prosedur sunat menurunkan risiko kanker penis. Pria yang tidak disunat memiliki risiko kanker penis 3-10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak sunat. Ini berkaitan erat dengan faktor kebersihan yang lebih baik setelah sunat.
Kapan Waktu Terbaik untuk Anak Sunat?
Kebanyakan anak di Indonesia sunat di usia sekolah dasar, seperti 10-12 tahun. Dalam beberapa kasus, ada yang bisa lebih cepat misalnya usia 5 tahun.
Tapi, sebenarnya berapa sih usia yang paling disarankan untuk sunat? Sebuah studi dilakukan di Turki tahun 2014 mencari tahun pada usia berapa anak sebaiknya di sunat.
Studi tersebut melibatkan 603 anak yang dibagi menjadi 3 kelompok usia yaitu kurang dari 1 tahun, 1-7 tahun, dan lebih dari 7 tahun. Hasilnya disebutkan kelompok kurang dari 1 tahun menjadi usia yang paling tepat untuk sunat.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, risiko komplikasi setelah sunat pada anak usia kurang dari 1 tahun dianggap paling rendah. Kedua, kelompok anak usia di bawah satu tahun membutuhkan waktu rawat yang lebih pendek dibanding kelompok lainnya.
Sebagai perbandingan, kelompok anak usia 1 tahun hanya butuh satu jam perawatan pasca sunat di rumah sakit sebelum diperbolehkan pulang. Sedangkan, kelompok usia 1-7 tahun membutuhkan rata-rata 3 jam.
Sedangkan pada kelompok usia lebih dari 7 tahun tidak diungkapkan secara eksplisit, tapi masih di lebih cepat dibanding kelompok usia 1-7 tahun.
Hal senada diungkapkan oleh spesialis bedah saraf dr Mahdian Nur Nasution, SpBS. Ia menyarankan anak sebaiknya disunat saat usianya di bawah 40 bulan. Semakin cepat anak disunat, maka semakin baik.
"Lebih cepat lebih baik di bawah 40 hari. Manusia sejak bayi hingga dewasa masa tumbuh kembang (paling baik) saat bayi. Waktu-waktu pertumbuhan selnya cepat di usia bayi," katanya pada detikcom dalam sebuah wawancara.
dr Mahdian mengatakan proses regenerasi pada saat bayi lebih cepat dibandingkan pada saat anak-anak atau dewasa. Luka yang terjadi pada saat bayi akan lebih cepat sembuh.
Tips Sunat untuk Anak Usia Sekolah
Meski sunat di bawah usia 1 tahun lebih direkomendasikan, bukan berarti sunat melebih waktu tersebut buruk. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua yang mau menyunatkan anak di usia sekolah di masa liburan:
- Pilih lokasi tempat sunat yang baik dan terpercaya, seperti di rumah sakit atau klinik.
- Persiapkan mental anak dan jelaskan prosedurnya secara jujur, tanpa menakut-nakuti.
- Berikan makanan nutrisi seimbang selama pemulihan.
- Persiapkan pendukung pemulihan seperti celana longgar, alat pembersih, dan obat-obatan yang mungkin diperlukan.
- Bantu jaga kebersihan area sunat, khususnya setelah buang air kecil untuk mencegah infeksi.
- Jika menemukan gejala seperti darah tidak berhenti keluar, nanah, dan jaringan hitam di area sunat, segera cek ke dokter.
(avk/tgm)