AS Pangkas 90 Persen Bantuan ke LN, Perawatan HIV-Layanan TBC Terancam Kolaps

6 hours ago 4

Jakarta -

Proyek-proyek yang didanai AS melalui USAID di seluruh dunia, termasuk untuk menyelamatkan jutaan nyawa yang berjuang melawan HIV hingga tuberkulosis (TBC) disetop.

Beberapa pekan setelah Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menepis kekhawatiran mengakhiri bantuan asing, pemerintahan Trump pada Kamis (27/2/2025) memutuskan menyetop lebih dari 90 persen program Badan Pembangunan Internasional AS atau USAID, menurut dokumen pengadilan yang dirilis 25 Februari.

Artinya, Itu termasuk program penanganan HIV serta program kesehatan yang lebih luas. Tidak jelas apakah proyek-proyek tersebut dapat dipulihkan. Program kesehatan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa termasuk di antara yang mendapatkan pemberitahuan penghentian, adalah UNAIDS, Stop TB Partnership, dan Scaling Up Nutrition serta proyek-proyek yang membantu jutaan orang yang mengungsi secara paksa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami terdampak, tetapi kami akan terus ada di sana," kata Lucica Ditiu, Direktur Eksekutif Stop TB.

Ditiu mengatakan bahwa kelompok tersebut memiliki berbagai sumber pendanaan yang akan digunakan untuk pengadaan tes dan perawatan TB, tetapi terpaksa menghentikan kontrak dengan 140 mitra di seluruh dunia, banyak di antaranya menyediakan layanan termasuk membantu pasien TB dalam diagnosis maupun tetap menjalani pengobatan.

Charlotte Slente, Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Denmark mengatakan dia terkejut setelah menerima lebih dari 20 pemberitahuan penghentian untuk proyek-proyek di berbagai negara termasuk Sudan, Yaman, dan Kolombia.

"Pemutusan hubungan ini bukan hanya pelanggaran berat terhadap kontrak, tetapi juga membahayakan kehidupan jutaan orang paling rentan di dunia," kata Slente, seraya menambahkan bahwa keputusan tersebut akan berdampak pada orang-orang yang mengungsi secara paksa di zona konflik.

"Meskipun dipahami bahwa pemerintah yang baru ingin meninjau kembali bantuan pembangunan luar negeri mereka, keputusan dari pemerintah AS selama bulan lalu bersifat tiba-tiba dan sepihak, dan alasan di baliknya tidak dapat dipahami," tambah Slente.

Sebuah lembaga nirlaba global dengan proyek-proyek di bidang malaria dan kesehatan bayi baru lahir, di antara bidang-bidang lainnya, mengatakan sebagian besar kontraknya juga dibatalkan. Organisasi-organisasi yang lebih kecil juga terkena dampak, seperti Khana di Kamboja, sebuah organisasi TB dan HIV, dan banyak organisasi yang menangani HIV dan AIDS di Afrika Selatan.

UNAIDS di situs webnya menyebut pemutusan hubungannya dengan USAID sebagai masalah serius yang akan memengaruhi layanan penyelamatan nyawa, dan mengatakan mereka telah meminta informasi lebih lanjut kepada pemerintah AS.

Presiden International AIDS Society Beatriz Grinsztejn, merujuk pada pemotongan dana di seluruh dunia, mengatakan pemotongan dana AS menghancurkan sistem.

"Perawatan HIV hancur. Layanan TB kolaps," katanya.

Afrika Selatan dengan jumlah pengidap HIV terbesar di dunia, yaitu sekitar 8 juta orang, benar-benar terkena dampaknya. Ini menghambat kemajuan yang telah dicapai selama bertahun-tahun dalam penanggulangan epidemi HIV.

"Kita akan melihat banyak nyawa melayang. Kita akan melihat epidemi ini surut sebagai akibat dari hal ini," kata Linda-Gail Bekker, kepala operasi Desmond Tutu HIV Foundation, yang bekerja dengan banyak organisasi yang terdampak.

Bekker mengatakan bahwa ia memperkirakan adanya pemotongan dana untuk program-program yang menargetkan kelompok-kelompok tertentu seperti kaum LGBT+ dan pekerja seks, tetapi pada kenyataannya pemotongan dana tersebut berdampak luas dan mencakup program-program pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS untuk perempuan dan anak-anak.

Amerika Serikat menyediakan sekitar 17 persen dari anggaran HIV/AIDS Afrika Selatan, dan para ahli kesehatan mengatakan dana ini sangat penting untuk menyediakan pengujian dan memberikan pasien baru pengobatan.

"Program-program yang menerima surat penghentian program pada pagi ini termasuk dalam program layanan kesehatan yang paling efisien dan efektif di negara ini," kata Francois Venter, Direktur Eksekutif Pusat Penelitian Ezintsha di Johannesburg, yang tidak didanai oleh USAID, dan menyebutnya sebagai "pukulan telak" bagi Afrika Selatan.


(naf/kna)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |