Awal Mula Wanita Ini Kena Penyakit Ginjal Kronis, Gejalanya Terlihat dari Urine

5 hours ago 3

Jakarta -

Diperkirakan 7,2 juta orang di Inggris hidup dengan penyakit ginjal kronis, dan ini adalah kondisi yang memengaruhi orang dari semua lapisan masyarakat. Kondisi tersebut juga dialami oleh Hafsa Begum, seorang wanita asal Bradford, Inggris, yang baru menyadari mengidap penyakit tersebut setelah muncul gejala yang terlihat pada urinenya.

Gejala awal muncul saat Hafsa sedang bekerja. Ia merasakan adanya darah dalam urine, nyeri di pinggang, serta jantung yang berdebar-debar.

Menyadari ada yang tak beres pada kondisinya, ia segera pergi ke dokter untuk memeriksakan diri pada Mei 2023. Dokter menyarankannya untuk menjalani tes darah, yang hasilnya menunjukkan penurunan drastis pada fungsi ginjalnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibu tiga anak itu kemudian dirawat di rumah sakit untuk menjalani berbagai pemeriksaan, termasuk CT Scan dan biopsi.

"Sementara dokter mencoba mencari tahu apa yang menyebabkan hal ini terjadi. Itu sangat menakutkan," katanya, dikutip dari Kidney Research UK.

Hasil pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa Hafsa mengidap trombosis ginjal, yaitu kondisi ketika gumpalan darah terbentuk di salah satu pembuluh darah yang bertugas menyaring darah dari ginjal. Akibatnya, ia mengalami Acute Kidney Injury (AKI) atau cedera ginjal akut.

Dokter saat itu berhasil menstabilkan fungsi ginjal Hafsa hingga 19 persen dan memulangkannya dari rumah sakit.

Kondisi Semakin Memburuk pada Awal Tahun 2024

Pada awal tahun 2024, kondisinya kembali memburuk. Hafsa bahkan mengalami gejala lain seperti muntah, mual, kehilangan nafsu makan, hingga penurunan berat badan. Gejala-gejala tersebut menjadi tanda bahwa Hafsa mengidap penyakit ginjal kronis.

Pada Maret 2024, ginjalnya gagal berfungsi, sehingga dialisis atau cuci darah menjadi prosedur penting untuk mempertahankan hidupnya. Selama setahun terakhir, Hafsa menjalani dialisis tiga kali seminggu di rumah sakit, dengan setiap sesi berlangsung selama tiga setengah jam.

Dialisis akan terus menjadi satu-satunya pilihan bagi Hafsa sampai ia menerima transplantasi ginjal yang dapat mengubah hidupnya.

NEXT: Pengakuan Hafsa Setelah Cuci Darah atau Dialisis

Hafsa mengungkapkan bahwa tim perawatan kesehatannya telah berulang kali menyesuaikan metode pengobatan, tetapi tubuhnya tetap sulit beradaptasi. Setiap kali pulang dari sesi dialisis, ia merasakan berbagai gejala seperti tekanan darah tinggi, pusing, kepala terasa ringan, lelah, dan telinga berdenging. Tubuhnya terasa sangat kedinginan hingga tak bisa berhenti membeku. Rasa nyeri yang terus-menerus menyerang tulang dan ototnya membuatnya sulit untuk tidur nyenyak.

Sebagai seorang ibu dan perawat, Hafsa terbiasa menjalani kehidupan yang aktif. Namun, kini ia harus kehilangan tiga hari dalam seminggu hanya untuk menjalani dialisis, waktu yang seharusnya bisa ia habiskan bersama orang-orang terkasih.

Selain itu, ia harus menghadapi berbagai batasan, mulai dari makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi hingga tempat yang dapat ia kunjungi. Menjalani dialisis juga membuat kesulitan menikmati acara keluarga dan liburan seperti dulu.

"Saya butuh konseling untuk mengelola semua perubahan dan dampak pada hidup saya. Hal itu terlalu berat bagi saya secara emosional dan mental," ucap Hafsa.

Ia juga merasa ada ketidakadilan dalam kondisi yang dialaminya. Jika ia memiliki pola makan yang buruk, gaya hidup tidak sehat, atau riwayat penyakit yang mendasarinya, mungkin ia bisa lebih menerima kenyataan ini. Namun, menurutnya, ia tidak memiliki faktor-faktor risiko tersebut, sehingga sulit baginya untuk memahami mengapa penyakit ini harus menimpanya.

Kini, Hafsa tidak lagi bisa bekerja dalam waktu yang panjang seperti dulu karena kaki dan pergelangan kakinya sering mengalami pembengkakan. Meski begitu, ia tetap bekerja paruh waktu di hari-hari tanpa dialisis demi memenuhi kebutuhan finansial keluarganya.

"Ini penting bagi saya secara mental karena saya mencintai pekerjaan saya. Mampu merawat pasien mengalihkan pikiran saya dari kondisi saya sendiri sampai hari berikutnya, saat saya menjadi pasien lagi," ucapnya.

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |