Studi Ungkap Kaitan Kualitas Sperma Pria dan Umur Panjang, Begini Temuannya

4 days ago 8

Jakarta -

Pria dengan sperma yang sehat, bergerak lincah, dan mampu berenang dengan baik dikaitkan dengan umur lebih panjang. Berdasarkan penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Human Reproduction, Selasa (4/3), pria dengan kualitas sperma tersebut dapat hidup hampir tiga tahun lebih lama dibandingkan pria dengan sperma yang memiliki motilitas rendah atau tidak mampu berenang menuju sel telur.

Penelitian ini melibatkan 78.000 pria selama 50 tahun. Kemampuan sperma berenang melalui saluran reproduksi wanita untuk mencapai dan membuahi sel telur disebut motilitas.

"Secara absolut, pria dengan jumlah motil total lebih dari 120 juta (per mililiter air mani) hidup 2,7 tahun lebih lama daripada pria dengan jumlah motil total antara 0 dan 5 juta," kata penulis utama studi, Lærke Priskorn, seorang peneliti dan kandidat doktor di Copenhagen University Hospital, Rigshospitalet di Denmark, dalam sebuah pernyataan, dikutip CNN.

Jika dikaitkan dengan usia, seorang pria dengan motilitas sperma yang sangat buruk mungkin dapat hidup hingga 77,6 tahun, sementara pria dengan motilitas yang sangat tinggi dapat bertahan hidup hingga 80,3 tahun.

"Fakta bahwa ada hubungan antara kualitas sperma dan umur panjang merupakan temuan penting," kata Dr Michael Eisenberg, profesor urologi dan direktur kedokteran dan bedah reproduksi pria di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford. Ia tidak terlibat dalam penelitian baru tersebut.

"Ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan antara kesehatan reproduksi dan kesehatan secara keseluruhan," kata Eisenberg melalui email.

Dalam laporan baru tersebut, para peneliti membandingkan kualitas sampel sperma yang diambil antara tahun 1965 dan 2015 dari para pria yang menjalani tes infertilitas di Kopenhagen. Kualitas sperma para pria tersebut kemudian dibandingkan dengan catatan medis nasional yang dikumpulkan oleh layanan kesehatan nasional Denmark.

"Semakin rendah kualitas air mani, semakin rendah pula harapan hidup," kata Priskorn. "Hubungan ini tidak disebabkan oleh penyakit apa pun dalam sepuluh tahun sebelum penilaian kualitas air mani atau tingkat pendidikan pria."

Jumlah motilitas biasanya diberikan dalam bentuk persentase, bukan jumlah total. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap sperma pria normal jika total motilitasnya mencapai 42 persen atau lebih dalam setiap sampel ejakulasi.

Namun, jumlah motilitas kurang dari 5 juta per mililiter air mani dikaitkan dengan kasus oligospermia parah, atau jumlah sperma rendah, yang sering menyebabkan infertilitas pria, kata penelitian tersebut.

Menurut Eisenberg, pergerakan sperma sekitar 125 juta per mililiter air mani adalah normal bagi pria yang subur. Namun, para ahli mengatakan hal itu tidak menjamin kesuburan pria.

"Jika bukan untuk kesuburan, mengapa pengujian air mani bermanfaat? Karena itu juga bisa menjadi penanda masalah kesehatan pria di usia muda," kata John Aitken, seorang profesor emeritus terkemuka dari School of Environmental and Life Sciences di University of Newcastle, Australia, yang tidak terkait dengan penelitian tersebut.

"Pada pria, tampaknya profil air mani merekalah yang memberikan informasi paling penting mengenai kesehatan dan kesejahteraan masa depan mereka," tulis Aitken dalam editorial yang diterbitkan bersama penelitian tersebut.

"Jika spermatozoa benar-benar merupakan tanda peringatan dini kesehatan pria, pertanyaan yang wajar untuk ditanyakan adalah, mengapa?" Aitken mengajukan. "Faktor-faktor apa saja yang mungkin dapat menghubungkan harapan hidup pria dengan kualitas profil air mani mereka di awal masa dewasa?"

Menurut Aitken, salah satu jawaban yang menjelaskan hubungan tersebut mungkin adalah stres oksidatif, yang disebabkan oleh radikal bebas yang merajalela. Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dapat merusak DNA dan fungsi sel serta menyebabkan kematian sel di seluruh tubuh, termasuk testis dan sperma.

"Faktor apa pun (genetik, imunologi, metabolik, lingkungan, atau gaya hidup) yang meningkatkan kadar stres oksidatif secara keseluruhan, dapat diduga dapat mendorong perubahan pada profil air mani dan pola kematian berikutnya," kata Aitken.

Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, paparan sinar matahari, pestisida, bahan kimia industri, dan polusi udara hanyalah beberapa faktor yang dapat mengaktifkan radikal bebas, menurut National Cancer Institute.


(suc/kna)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |