Menimbang Nasib Dana WHO Pasca Trump Minta AS Keluar dari Keanggotaan

1 week ago 19

Jakarta -

Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk keluar dari keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dinilai menjadi pukulan besar bagi WHO.

Langkah kontroversial Trump tersebut menghilangkan mitra penting dalam badan kesehatan PBB dan bisa mengancam kesehatan masyarakat di dunia.

Ini bukan kali pertama Trump mengajukan permohonan keluar dari keanggotaan WHO. Pada masa pandemi, Trump juga berusaha mengeluarkan AS dari WHO, tetapi langkah itu dibatalkan setelah berada di bawah kepemimpinan mantan presiden AS Joe Biden. Penarikan diri dari WHO mulai berlaku satu tahun sejak pemberitahuan secara resmi diserahkan ke PBB.

Trump selama ini dikenal skeptis pada vaksin dan kerap mengkritik WHO. WHO pada Selasa mengatakan menyesalkan keputusan penarikan tersebut dan berharap Washington akan mempertimbangkannya kembali.

"Amerika Serikat memainkan peran penting dalam mendukung WHO untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan orang Amerika dan orang-orang di seluruh dunia," kata WHO dalam situs resminya.

WHO menyoroti upaya AS selama ini dalam menanggulangi polio dan Ebola, serta tahun lalu keterlibatan mereka menangani wabah mpox di DR Kongo dan Marburg di Rwanda. "Kolaborasi AS-WHO juga memainkan peran penting dalam memerangi HIV global," katanya.

Perintah eksekutif Trump mengatakan AS akan segera menghentikan semua transfer uang ke WHO dan menarik staf atau kontraktor pemerintah AS yang bekerja dengan organisasi tersebut. Amerika Serikat akan bergabung dengan Liechtenstein sebagai satu-satunya negara anggota PBB yang tidak menjadi anggota WHO.

Menyoal Anggaran WHO

menerima uang dari 194 negara anggotanya, ditambah organisasi nonpemerintah dan donor lainnya. Didirikan pada 1948, badan tersebut awalnya menerima semua pendanaannya melalui kontribusi yang dinilai berdasarkan biaya keanggotaan negara, kekayaan, dan populasi. Namun, WHO menjadi semakin bergantung pada kontribusi sukarela, yang hanya berkontribusi pada hasil sumbangan.

Dalam siklus anggaran lengkap terakhir, untuk 2022-23, iuran keanggotaan hanya mencakup 12 persen dari pendanaan WHO. Pandemi COVID-19 menegaskan perlunya pendanaan yang lebih dapat diprediksi dan fleksibel, untuk mengatasi guncangan kesehatan.

Oleh karena itu, negara-negara anggota sepakat untuk beralih dari kontribusi yang telah dialokasikan sebelumnya dan meningkatkan biaya keanggotaan untuk menutupi 50 persen dari anggaran organisasi pada 2030. WHO mengumumkan November lalu bahwa mereka telah mengumpulkan hampir US$4 miliar melalui mekanisme pembiayaan baru, setelah menarik puluhan penyumbang baru.

Suerie Moon, salah satu direktur Pusat Kesehatan Global di Geneva Graduate Institute, mengatakan kepada AFP sebelum pengumuman AS bahwa akan lebih cerdas secara taktis bagi AS untuk menunda. Jika mereka menginginkan pengaruh atas WHO masuk akal untuk setidaknya melihat apa yang bisa mereka dapatkan, penarikan diri AS dijadikan sebagai alat negosiasi.

Moon menyuarakan kepastian bahwa WHO akan bertahan dari penarikan diri AS.

"Sebagian besar organisasi akan bertahan dari pemotongan anggaran sebesar 15 persen, tetapi itu akan menyakitkan," katanya.

Bagaimana Perjanjian Pandemi?

Terguncang oleh COVID-19, negara-negara anggota WHO memutuskan pada Desember 2021 untuk mulai menyusun kesepakatan tentang pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi. Namun, tenggat waktu telah berulang kali terlewati, yang berarti negosiasi tidak selesai sebelum Trump kembali.

Perintah eksekutif hari Senin mengatakan AS akan berhenti bernegosiasi selama penarikannya, dan perjanjian itu tidak akan memiliki kekuatan mengikat pada Amerika Serikat. Moon memperingatkan penarikan AS dari perundingan dapat memberi negara-negara lain ikut keluar atau batal mengikuti perjanjian terkait.

NEXT: Sumber pendanaan WHO

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |