Jakarta - Isu bahaya Bisphenol A (BPA) terus bergulir di Indonesia. Namun, anggota Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Hermawan Seftiono mengungkapkan bahwa perkembangan isu BPA di Indonesia dan di Eropa sangat berbeda.
"Kalau di luar negeri itu sebenarnya fokus awalnya pada botol bayi sih, cuma saya juga bingung kenapa di Indonesia kok tiba-tiba muncul malah spesifiknya ke galon," kata Hermawan, dalam keterangan tertulis, Selasa (4/2/2025).
Dia mengatakan hingga saat ini belum ada laporan terkait masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi air dari galon polikarbonat baik di Eropa maupun negara lain. Hermawan melanjutkan penggunaan polikarbonat di Eropa dan negara maju lain juga masih dikategorikan aman.
Menurut Hermawan, masifnya sebaran informasi bahaya BPA yang dikapitalisasi dan diviralkan melalui media sosial. Hermawan menjelaskan kondisi ini lantas membuat publik banyak yang salah memahami BPA dan galon polikarbonat.
Hermawan mengungkapkan penelitian yang dilakukan di Eropa dan Amerika fokus pada beberapa kemasan yang mengandung BPA. Hasilnya, kemasan-kemasan tersebut dinilai masih aman untuk menjadi wadah pangan karena kandungan BPA yang masih rendah.
"Memang agak aneh saja mungkin pas sekitar tahun 2000-an tiba-tiba muncul isu spesifik terkait galon di Indonesia," kata Kepala Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Trilogi tersebut.
Hal serupa juga diungkapkan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra. Ia mengatakan penelitian-penelitian yang dipakai tidak ada yang spesifik membahas BPA sebagai bahan pembentuk galon polikarbonat.
Sehingga, penelitian itu tidak bisa menjadi dasar atas polemik BPA dalam galon guna ulang. Saputra memastikan mengkonsumsi air dari galon polikarbonat atau guna ulang aman karena sudah memiliki standar SNI dan telah melewati serangkaian penelitian dan uji kecocokan pangan.
"Kalau semua produk terutama kemasan itu sudah terstandar SNI ya tandanya dia juga level toleransinya terhadap cemaran itu tidak membahayakan," kata Pakar Kesehatan Masyarakat Uhamka tersebut.
Saputra menjelaskan badan akreditasi mutu telah melakukan serangkaian penelitian dan uji klinis sebelum memberikan label SNI pada galon atau kemasan pangan apa pun. Saputra melanjutkan BPA dalam galon atau peruntukan industri sudah diuji dan dinyatakan aman oleh badan standarisasi nasional.
"Jadi, misalnya ada BPA pada galon yang digunakan air kemasan sekarang terus diuji, rasanya itu tidak relevan lagi karena itu sudah lolos," kata ahli epidemiologi tersebut.
Dokter sekaligus influencer, dr Tirta Mandira Hudhi mencermati keberadaan isu BPA di Indonesia hanya spesifik pada galon. Menurutnya, kemunculan isu BPA di Indonesia sangat aneh karena baru muncul beberapa tahun belakangan dengan informasi yang kurang akurat.
"Jelas bahwa isu tentang BPA yang dianggap bahaya tidak pernah dijelaskan, hanya digoreng saja isunya," kata dr Tirta.
dr Tirta melanjutkan isu yang diungkapkan ke publik hanya memaparkan informasi permukaan atau sedikit sekali tentang data-data dan fakta-fakta BPA lainnya. dr Tirta mengatakan informasi disebarkan tanpa pernah mendalami misal ambang batas aman kandungan BPA yang dapat terkonsumsi dan ditoleransi oleh tubuh atau seberapa besar kandungan BPA yang dikatakan berbahaya.
dr Tirta kemudian mengibaratkan BPA dengan zat pengawet dalam makanan. dr Tirta menjelaskan bahwa zat pengawet memang berbahaya bagi tubuh, namun tidak ada masalah selama bisa ditolerir dan di bawah ambang batas aman yang ditetapkan.
Meski demikian, dr Tirta mengatakan isu bahaya BPA ini terus saja diolah, dikapitalisasi, dan disebarkan ke publik dengan tujuan tertentu.
Menurut dr Tirta, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan ambang batas aman migrasi BPA dari kemasan pangan ke dalam makanan. dr Tirta mengatakan selama ini juga tidak pernah ada kandungan BPA dalam kemasan pangan yang melebihi ambang batas tersebut.
"Tapi isu BPA berbahaya itu digoreng terus. Jadi jangan sampai terbakar emosi karena sesuatu yang tidak berdampak pada kalian," pungkasnya.
(hnu/ega)