Kebijakan Likuiditas Makroprudensial Penopang Sektor Pangan Indonesia

7 hours ago 3

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Sektor ketahanan pangan bukan hanya sekadar soal produksi beras dan jagung, tetapi juga bagaimana setiap rantai pasok-dari petani hingga konsumen-dapat terdistribusi dengan lancar.

Namun demikian, sektor pangan kerap kali terjebak dalam keterbatasan modal dan akses pembiayaan yang kurang inklusif. Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan mendukung program Asta Cita terkait ketahanan pangan, diperlukan langkah inovatif untuk memastikan sektor ini tetap tangguh.

Bank Indonesia sebagai bank sentral mengambil langkah strategis berupa implementasi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial yang diharapkan sebagai katalisator pertumbuhan sektor pangan dan pertanian.

Kebijakan tersebut secara resmi mulai ditetapkan pada tanggal 1 Januari 2025 dan diharapkan melalui kebijakan ini bank dan lembaga keuangan dapat lebih leluasa menyalurkan kredit ke sektor pangan.

Transmisi insentif ini bukan hanya sekadar bantuan jangka pendek, tetapi sebuah dorongan sistemik yang mampu memperlancar rantai pasok pangan yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Selain itu, kebijakan ini juga sejalan dengan rekomendasi yang diberikan oleh Food Agricultural Organization (2024) dalam publikasinya "The State Of Food Security And Nutrition In The World" yang memberikan rekomendasi pentingnya akses pembiayaan yang inovatif sebagai implementasi untuk mendukung ketahanan pangan.

Insentif Likuiditas Makroprudensial untuk Sektor Pertanian
Pemerintah terus berupaya memperkuat sektor pertanian sebagai pilar utama ketahanan pangan. Dalam aspek ini, kebijakan insentif likuiditas makroprudensial yang diberikan maksimal 2,2% menjadi instrumen yang strategis untuk perluasan akses pembiayaan di bidang pertanian.

Kebijakan tersebut tidak hanya sejalan dengan tujuan program Asta Cita, yang menekankan pembangunan ekonomi inklusif dan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga berperan krusial dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

Insentif likuiditas makroprudensial memberikan stimulus untuk perbankan agar lebih aktif menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas, termasuk pertanian. Insentif ini dapat berupa pengurangan kewajiban giro wajib minimum (GWM) bagi bank yang menyalurkan kredit pertanian.

Dalam aspek ketahanan pangan, kebijakan itu akan memberikan beberapa dampak seperti :

1. Memperluas Akses Pembiayaan bagi Petani
Keterbatasan akses terhadap kredit seringkali menjadi salah satu faktor penghambat dalam peningkatan sektor pertanian. Adanya kebijakan insentif likuiditas makroprudensial, bank memiliki insentif lebih besar untuk membiayai sektor pertanian, termasuk petani kecil dan usaha tani yang sering kali dianggap berisiko tinggi.

2. Meningkatkan Inovasi Teknologi Pertanian
Sektor pertanian dalam perkembangannya memerlukan berbagai inovasi untuk meningkatkan produktivitas melalui sarana dan prasarana. Adanya dana yang lebih mudah diakses sebagai pembiayaan, memberikan potensi untuk sektor pertanian berkembang dalam peningkatan produktivitas seperti mekanisasi, sistem irigasi, dan digitalisasi smart-farming.

Hal ini akan memberikan multiplier effect (efek berganda) dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam pertanian, sehingga akan bermuara pada stabilisasi harga dan peningkatan ketahanan pangan.

3. Mendorong Terciptanya Ekonomi Inklusif
Program Asta Cita menitikberatkan pada pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan mendukung pertanian, kebijakan ini berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja di pedesaan, pengurangan kesenjangan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan petani.

Kesimpulan
Kebijakan insentif likuiditas makroprudensial untuk sektor pertanian adalah langkah strategis dalam mendukung program Asta Cita dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan implementasi yang tepat dan mitigasi risiko yang memadai, kebijakan ini dapat mendorong peningkatan produksi pangan, memperbaiki kesejahteraan petani, serta mengurangi ketergantungan pada impor.

Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, sektor perbankan, dan pelaku usaha pertanian menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan pertanian yang lebih tangguh dan berkelanjutan.


(miq/miq)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |