Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Jepang melambat 2,2% secara tahunan pada kuartal keempat (Q4) 2024. Menurut Kantor Kabinet Jepang, Selasa (11/3/2025), data terbaru ini direvisi dari sebelumnya dan lebih rendah dari perkiraan median ekonom serta estimasi awal pertumbuhan ekonomi di 2,8%.
Secara kuartal ke kuartal, PDB Jepang tumbuh 0,6%, dibandingkan dengan pertumbuhan 0,7% pada data awal yang dirilis bulan lalu. Secara tahun ke tahun, tingkat pertumbuhan PDB riil direvisi lebih rendah menjadi 1,1% dalam tiga bulan hingga Desember dari pembacaan awal 1,2%, dibandingkan dengan kenaikan 0,7% pada kuartal ketiga (Q3).
Mengutip CNBC International, merujuk Reuters, hal ini menjadi tanda bahwa bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), akan sulit menaikkan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat. BoJ diyakini mungkin akan mempertahankan suku bunga kebijakan tetap pada pertemuan 18-19 Maret.
Namun, dewan penentu suku bunga dapat membahas kenaikan suku bunga lainnya paling cepat pada bulan Mei. Kekhawatiran tentang tekanan inflasi dari kenaikan upah dan kenaikan biaya pangan yang membandel menjadi alasan.
Setelah dirilis data ini, indeks Nikkei 225 Jepang turun lebih dari 2%. Yen Jepang menguat 0,32% hingga diperdagangkan pada 146,77 terhadap dolar AS sementara obligasi pemerintah 10 tahun naik dengan imbal hasil turun 3,7 basis poin menjadi 1,538%.
Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba mengatakan pada hari Senin bahwa bank sentral hampir mencapai target inflasi 2%. "Bank Jepang mengambil berbagai langkah untuk mencapai harga yang stabil," katanya.
Ketika bank sentral berupaya menormalkan kebijakan moneternya yang sangat longgar tahun lalu, bank sentral telah menaikkan suku bunga jangka pendek sebesar seperempat persen menjadi 0,5% pada bulan Januari. Ini menjadi level tertinggi sejak krisis keuangan global pada tahun 2008.
Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda dan anggota dewan penetapan suku bunga lainnya telah mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut jika inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target inflasi 2%. Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun negara itu baru-baru ini melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2008, di tengah inflasi yang berkelanjutan di negara itu, aksi jual obligasi global, serta komentar bank sentral bahwa mereka akan terus mengurangi pembelian obligasi pemerintah Jepang.
Inflasi utama Jepang telah bertahan di atas target BoJ sebesar 2% selama 34 bulan berturut-turut, dengan angka terbaru pada bulan Januari mencapai level tertinggi dalam dua tahun sebesar 4%. Tingkat inflasi yang disebut "inti", yang tidak termasuk harga makanan segar dan energi dan diawasi ketat oleh BoJ, naik sedikit menjadi 2,5% pada bulan Januari, mencapai tingkat tertinggi sejak Maret 2024.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini: