Jakarta - Mengidap kanker pasti menjadi pengalaman yang berat dan emosional bagi siapapun, apalagi saat harus menjalani kemoterapi.
Rasa takut sering kali dirasakan saat proses menjalani kemoterapi karena harus melewati berbagai tantangan, seperti rasa sakit, kerontokan rambut, mual, dan muntah.
Tak jarang, muncul banyak kekhawatiran dan pertanyaan di tengah pengobatan, terlebih dengan beredarnya informasi seputar kemoterapi atau metode pengobatan kanker lainnya yang diragukan kebenarannya atau hoaks.
Untuk meluruskan berbagai informasi atau anggapan yang beredar seputar kemoterapi, dr.Wulyo Rajabto, Sp.PD KHOM, Dokter Subspesialis Hematologi Onkologi dari Mayapada Jakarta Selatan, akan mengungkapkan berbagai fakta untuk menjawab mitos kemoterapi.
Hal ini bertujuan agar siapa pun yang menjalani kemoterapi dapat melakukannya dengan lebih tenang dan percaya diri.
Mitos 1: Kemoterapi Selalu Menyakitkan
Mitos yang beredar menyebutkan kemoterapi selalu menyakitkan. Faktanya, kemoterapi tidak menimbulkan rasa sakit karena obat-obatan yang digunakan untuk merusak atau menghambat pertumbuhan sel kanker diberikan melalui infus atau suntikan yang umumnya tidak menimbulkan rasa sakit.
Sekalipun kemoterapi menimbulkan efek samping seperti mual, kelelahan, dan nyeri pada tubuh, tersedia berbagai obat yang efektif untuk mengatasi efek samping tersebut.
"Perlu diketahui bahwa setiap pasien dapat mengalami efek samping yang berbeda, sehingga penanganannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien untuk memastikan kenyamanan selama menjalani pengobatan," ungkap dr. Wulyo, dalam keterangannya, Selasa (18/02/2025)
Mitos 2: Kemoterapi Hanya Digunakan untuk Mengobati Kanker Stadium Lanjut
Mitos lainnya, banyak orang yang mengira kemoterapi hanya diberikan pada pasien kanker stadium lanjut. Padahal anggapan ini tidak sepenuhnya benar.
Faktanya, kemoterapi tidak hanya dilakukan pada kanker stadium lanjut, tetapi juga dapat diterapkan untuk berbagai stadium kanker.
Selain itu, kemoterapi sering menjadi bagian dari perawatan pencegahan setelah operasi (adjuvant) untuk mengurangi risiko kekambuhan, atau dapat dilakukan sebelum operasi (neoadjuvant) untuk mengecilkan tumor sehingga operasi menjadi lebih efektif.
Mitos 3: Kemoterapi Pasti Mengakibatkan Rambut Rontok
Kerontokan rambut merupakan efek samping yang umum terjadi, namun ternyata tidak semua pasien mengalaminya. Kemoterapi bekerja dengan membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat, seperti sel kanker, termasuk sel rambut yang tumbuh dan aktif membelah juga akan ikut terpengaruh.
"Namun, respon sel rambut terhadap kemoterapi bervariasi, ada pula yang mengalami kerontokan signifikan atau hanya mengalami penipisan rambut. Meski begitu, efek kerontokan rambut ini bersifat sementara, biasanya rambut akan kembali tumbuh setelah selesai menjalani pengobatan," imbuh dr. Wulyo.
Mitos 4: Kemoterapi Membunuh Sekaligus Sel Kanker dan Sel Sehat
Pada dasarnya, kemoterapi diformulasikan untuk menyerang lebih banyak sel kanker yang berkembang cepat, daripada sel tubuh yang sehat.
Namun, sel-sel sehat yang berkembang cepat juga dapat terpengaruh, seperti sel di rambut, saluran pencernaan, dan sumsum tulang. Itulah mengapa kemoterapi dapat menimbulkan efek samping seperti kerontokan rambut, mual, kelelahan, dan penurunan daya tahan tubuh.
Mitos 5: Kemoterapi Tidak Berpengaruh pada Kesembuhan Kanker
Keberhasilan Kemoterapi sangat bergantung pada berbagai faktor, seperti jenis dan stadium kanker serta seberapa baik tubuh merespon pengobatan.
Banyak pasien kemoterapi berhasil mencapai remisi, di mana tanda dan gejala kanker berkurang, hilang, bahkan sembuh setelah menjalani kemoterapi dengan pendekatan yang holistik dan keterlibatan tim medis yang berpengalaman.
Karena itu, pemilihan layanan kesehatan yang tepat juga turut mempengaruhi keberhasilan pengobatan Kemoterapi. Oncology Center Mayapada Hospital dapat menjadi pilihan untuk menjalani pengobatan kanker, karena layanan ini memiliki dukungan Tumor Board yang terdiri dari tim medis berpengalaman untuk memberikan rencana perawatan yang tepat dan mutakhir.
Oncology Center Mayapada Hospital ini dikenal dengan pelayanannya yang unggul, komprehensif, dan berstandar internasional. Keunggulan layanan ini dibuktikan salah satunya dengan jumlah kunjungan lebih dari 5.000 pasien ke layanan Oncology Center Mayapada Hospital Jakarta Selatan.
Mitos 6: Pasien Tidak Bisa Beraktivitas Normal Setelah Kemoterapi
Mitos lainnya, pasien tidak bisa kembali beraktivitas normal setelah kemoterapi. Faktanya, banyak pasien yang telah menjalani kemoterapi dapat kembali menjalani rutinitas sehari-hari dengan baik.
Meskipun efek samping seperti kelelahan bisa terjadi, banyak pasien yang mampu melanjutkan aktivitas mereka dengan beberapa penyesuaian. Dengan dukungan medis yang tepat dan penyesuaian gaya hidup, seperti pola makan yang seimbang dan olahraga ringan, pasien dapat merasa lebih baik dan kembali beraktivitas seperti sedia kala.
"Walaupun kemoterapi dapat menyebabkan efek samping, kemoterapi masih menjadi standar pengobatan untuk banyak jenis kanker karena kemoterapi efektif membunuh sel kanker, mengecilkan tumor, mencegah penyebaran. Bahkan, dapat memberikan remisi atau kesembuhan. Selain itu, kemoterapi diberikan secara sistemik, yang berarti obat akan tersebar ke seluruh tubuh, kemoterapi mampu menjangkau sel kanker yang tersembunyi dan tidak terlihat pada saat operasi," ungkap dr. Wulyo.
Meski begitu, perjalanan pasien tidak hanya bergantung pada aspek medis, tetapi juga pada dukungan emosional dan navigasi perawatan yang tepat.
Menyadari hal ini, Oncology Center Mayapada Hospital menghadirkan Patient Navigator, yakni sebuah layanan yang didedikasikan untuk memandu, mendampingi, dan mendukung pasien dalam setiap langkah perawatan kanker agar pasien tidak perlu merasa bingung saat menghadapi proses perawatan kanker dan dapat menjalaninya dengan lebih nyaman.
Jika Anda atau keluarga Anda membutuhkan perawatan kanker yang tepat, Oncology Center Mayapada Hospital siap membantu Anda melalui setiap unit yang ada di Tangerang, Jakarta Selatan, Kuningan, Bogor, Bandung, dan Surabaya.
Sebagai informasi, pendaftaran konsultasi dapat dilakukan melalui aplikasi MyCare, yang menawarkan Fast Track Appointment dan metode pembayaran yang terintegrasi.
Informasi seputar penanganan kanker yang advanced di Mayapada Hospital dapat Anda ketahui pula di MyCare dalam fitur Health Articles & Tips, selain itu terdapat fitur Emergency Call untuk layanan gawat darurat 24 jam.
Fitur Personal Health juga memungkinkan Anda memantau kebugaran dengan terhubung ke Google Fit dan Health Access. Unduh MyCare di Google Play Store dan App Store untuk akses mudah ke layanan kesehatan dan berbagai penawaran menarik dari Mayapada Hospital.
(prf/ega)