Jakarta -
Paus Fransiskus meninggal dunia di usia 88 tahun setelah berjuang melawan sejumlah komplikasi penyakit, termasuk pneumonia. Paus pertama kali dirawat di Agostino Gemelli Polyclinic Hospital pada 14 Februari 2025. Pada saat itu, ia mengidap bronkitis selama beberapa hari.
Kondisi Paus berangsur-angsur memburuk. Beberapa hari setelah dirawat dokter mendiagnosisnya pneumonia bilateral, yakni pneumonia yang terjadi du kedua sisi paru-paru.
"Saudara-saudari terkasih, dengan duka yang mendalam saya harus mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita, Fransiskus. Pada pukul 07.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa," ucap pihak Vatikan dikutip dari Vatican News, Senin (21/4/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Pneumonia dapat menyebabkan jaringan paru membengkak dan memicu penumpukan cairan atau nanah di dalam paru.
Pneumonia bisa menyerang salah satu atau kedua paru-paru. Pneumonia yang terjadi pada dua paru disebut pneumonia bilateral atau pneumonia ganda.
Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab pneumonia paling umum. Selain itu, pneumonia juga bisa disebabkan infeksi virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV), dan infeksi jamur seperti Cryptococcus.
Gejala pneumonia bilateral meliputi demam, batuk kering, napas sesak, dan kelelahan.
Paus Fransiskus memiliki riwayat masalah kesehatan pernapasan yang panjang. Pada tahun 1957, Paus yang saat itu masih berusia 20-an tahun sempat menjalani pengangkatan sebagian paru-paru karena infeksi parah. Operasi tersebut dilakukan di kampung halamannya, Argentina.
"Dulu ketika ia masih muda, belum ada terapi obat antibiotik yang meluas, dan mungkin saja ia mengalami keterlibatan paru-paru atau sebagian paru-paru yang cukup parah dan harus diangkat," kata mantan presiden National Foundation for Infectious Diseases, Schaffner membicarakan riwayat TBC Paus Fransiskus.
"Itu adalah pengobatan yang cukup standar di era sebelum obat antibiotik," sambungnya.
Pada masa itu, Paus juga mengalami komplikasi batuk rejan atau pertusis. Batuk rejan dapat menyebabkan penyakit pada saluran bronkial dan memicu infeksi kronis.
"Sekali lagi, ini terjadi sebelum antibiotik konvensional tersedia secara luas, jadi mereka mungkin harus mengobati komplikasi ini dengan pembedahan dengan mengangkat seluruh atau sebagian paru-parunya," kata Schaffner.
Seiring bertambahnya usia, Paus makin sering mengalami masalah saluran pernapasan. Pada tahun 2023, ia membatalkan rencana kunjungan ke Uni Emirat Arab karena masalah influenza dan radang paru-paru.
Selama 2024, ia juga sempat membatalkan janji temu dan beberapa kali menjalani pemeriksaan karena mengidap flu.
NEXT: Riwayat kesehatan Paus
Masalah Kesehatan Lain
Paus Fransiskus juga memiliki riwayat penyakit lain. Selain masalah saluran pernapasan, pada Juni 2023 ia sempat menjalani operasi hernia perut. Operasi saat itu diperlukan karena penyakitnya sudah memicu penyumbatan usus.
Pada Juli 2021, Paus menjalani operasi pengangkatan usus besarnya sepanjang 33 cm akibat peradangan divertikula, kantong-kantong kecil yang terbentuk di saluran pencernaan.
Paus juga sudah lama mengidap sciatica, masalah saraf kronis yang memicu nyeri punggung, pinggul, dan kaki. Penyakit itu sempat kambuh dan membuat Paus batal menghadiri kebaktian malam tahun baru pada Desember 2020. Itu menjadi pertama kalinya Paus tidak datang ke acara keagamaan besar karena masalah kesehatan.
Ia juga sempat mengalami masalah lutut, tapi pada tahun 2022 ia memilih tidak operasi. Ia tidak ingin efek samping jangka panjang anestesi yang dialami saat operasi usus besar pada 2021 terulang. Sebagai gantinya, ia menjalani terapi laser dan magnet.
Semasa muda, Paus juga sempat mengalami kecemasan. Pada tahun 2021, Paus menceritakan dirinya sempat bertemu dengan seorang psikiater di Argentina.
Saat itu, ia masih menjadi pendeta muda dan mengalami kecemasan selama masa kediktatoran militer. Ia menuturkan telah belajar mengatasi masalah tersebut dengan berbagai cara, seperti mendengarkan musik Johann Sebastian Bach.
Masalah Kesehatan Lain
Paus Fransiskus juga memiliki riwayat penyakit lain. Selain masalah saluran pernapasan, pada Juni 2023 ia sempat menjalani operasi hernia perut. Operasi saat itu diperlukan karena penyakitnya sudah memicu penyumbatan usus.
Pada Juli 2021, Paus menjalani operasi pengangkatan usus besarnya sepanjang 33 cm akibat peradangan divertikula, kantong-kantong kecil yang terbentuk di saluran pencernaan.
Paus juga sudah lama mengidap sciatica, masalah saraf kronis yang memicu nyeri punggung, pinggul, dan kaki. Penyakit itu sempat kambuh dan membuat Paus batal menghadiri kebaktian malam tahun baru pada Desember 2020. Itu menjadi pertama kalinya Paus tidak datang ke acara keagamaan besar karena masalah kesehatan.
Ia juga sempat mengalami masalah lutut, tapi pada tahun 2022 ia memilih tidak operasi. Ia tidak ingin efek samping jangka panjang anestesi yang dialami saat operasi usus besar pada 2021 terulang. Sebagai gantinya, ia menjalani terapi laser dan magnet.
Semasa muda, Paus juga sempat mengalami kecemasan. Pada tahun 2021, Paus menceritakan dirinya sempat bertemu dengan seorang psikiater di Argentina.
Saat itu, ia masih menjadi pendeta muda dan mengalami kecemasan selama masa kediktatoran militer. Ia menuturkan telah belajar mengatasi masalah tersebut dengan berbagai cara, seperti mendengarkan musik Johann Sebastian Bach.