Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sentimen di AS yang cukup banyak.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,28% di angka Rp16.335/US$ pada hari ini, Senin (10/3/2025). Posisi ini berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan kemarin (7/3/2025) yang menguat 0,21%.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15:01 WIB naik tipis 0,09% di angka 103,92. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan posisi kemarin yang berada di angka 103,84.
Sentimen yang menggerakkan mata uang Garuda hari ini tampaknya masih cenderung didominasi dari eksternal khususnya AS.
DXY yang terkoreksi akibat pasar tenaga kerja AS melambat bulan lalu, dengan jumlah pekerjaan baru yang lebih rendah dari perkiraan menjadi sentimen positif bagi rupiah untuk dapat mengalami apresiasi setidaknya dalam jangka waktu dekat.
Indeks dolar terjun ke level 103 atau terendah sejak November 2024.
Laporan tersebut memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini. Berdasarkan survei CME FedWatch Tool, pasar kini menilai terjadi pemangkasan pertama kemungkinan akan dimulai pada Juni dengan total cut rate sejumlah 75 bps.
Namun demikian, Chairman The Fed, Jerome Powell mengungkapkan bahwa ia tidak terburu-buru dalam menurunkan suku bunga acuan sebelum mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai dampak kebijakan pemerintahan Trump terhadap ekonomi.
Hal ini yang pada akhirnya dapat membuat DXY mengalami rebound dan rupiah sedikit tertekan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Anjlok ke 16.575 per USD, Terparah Sepanjang Sejarah
Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900