Infeksi Virus CMV Berpotensi Memperburuk Gejala Autisme

1 week ago 18

Jakarta -

Ada hubungan kuat antara infeksi Cytomegalovirus (CMV), ketidakseimbangan sistem imun, dan gangguan perilaku pada anak-anak dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA). Temuan ini menyoroti pentingnya pendekatan biomedis dalam memahami dan menangani GSA.

"Infeksi CMV yang memperburuk ketidakseimbangan sitokin dalam tubuh anak-anak GSA dapat menjadi faktor penting yang selama ini kurang diperhatikan dalam pendekatan klinis," ungkap Isti Anindya dalam sidang disertasi doktoral bidang Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), Rabu (30/4/2025).

Gangguan Spektrum Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan kesulitan dalam komunikasi sosial, perilaku berulang, dan permasalahan sensori. Prevalensinya diperkirakan sekitar 1-2% populasi dunia. Sementara itu, infeksi CMV merupakan virus dari keluarga herpes yang telah lama diketahui berdampak pada sistem saraf pusat, terutama jika terjadi selama kehamilan atau masa awal kehidupan.

Penelitian ini, papar Isti yang putri sulungnya Fayyaza (Ayya) terdiagnosis ASD (Autism Spectrum Disorder) pada usia 2 tahun, bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara infeksi CMV, respons imun melalui sitokin IL-6 dan IL-1β, kadar hormon melatonin, serta gejala perilaku pada anak GSA. Selain itu, penelitian ini juga menilai faktor genetik, yakni variasi genetik (SNPs) IL-1B rs1143634 dan IL-6 rs1800796, dalam populasi anak Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi ini menggunakan pendekatan kombinasi cross-sectional dan case-control, melibatkan: 100 anak GSA dan 101 anak tanpa GSA, beserta ibunya, usia anak antara 2-5 tahun.

Pemeriksaan laboratorium menggunakan teknik ELISA untuk biomarker sitokin dan melatonin, serta qPCR untuk analisis genetik. Asesmen perilaku menggunakan instrumen FISH (kebiasaan tidur), BAMBI (perilaku makan), SCQ (kemampuan sosial komunikasi), dan SSP (profil sensori).

"Semua prosedur dilakukan setelah mendapatkan persetujuan etik dari FKUI-RSCM dan dengan dukungan platform komunitas Peduli ASD," ujar Isti yang sebelumnya meraih Sarjana Biologi dari UGM dan Master of Science bidang Biomedik dari UI.

Dalam penelitian doktoral ini Isti menemukan beberapa hal penting, yakni infeksi CMV sangat umum ditemukan di kedua kelompok, dengan angka seropositif di atas 95%. Namun, kadar sitokin IL-6 dan IL-1β serta hormon melatonin berbeda bermakna antara anak GSA dan anak non-GSA.

Pada anak GSA, kadar IL-6 lebih tinggi, menunjukkan adanya proses inflamasi aktif. Korelasi positif ditemukan antara Antibody Index IgG CMV dengan kadar IL-6 dan IL-1β pada kelompok GSA, tetapi tidak pada kelompok non-GSA.

"Masalah perilaku seperti perilaku makan selektif, gangguan sensori, dan kesulitan sosial-komunikasi lebih berat terjadi pada anak GSA dibandingkan anak biasa," ujarnya.

Isti Anindya usai sidang doktoral tentang hubungan infeksi CMV dengan gejala autisme.Isti Anindya usai sidang doktoral tentang hubungan infeksi CMV dengan gejala autisme. Foto: dok. pribadi

Analisis statistik menunjukkan korelasi erat antara gangguan profil sensori dengan perilaku makan dan kemampuan sosial-komunikasi pada anak GSA.

IL-6 berperan signifikan dalam mempengaruhi perilaku makan anak autistik, sedangkan IL-1β mempengaruhi perilaku makan baik pada anak GSA maupun non-GSA. Dalam aspek genetik, tidak ditemukan hubungan bermakna antara variasi SNPs IL-1B rs1143634 dan IL-6 rs1800796 dengan kejadian GSA maupun biomarker imunologi.

Temuan ini menyoroti pentingnya pendekatan biomedis dalam memahami dan menangani GSA. "Infeksi CMV yang memperburuk ketidakseimbangan sitokin dalam tubuh anak-anak GSA dapat menjadi faktor penting yang selama ini kurang diperhatikan dalam pendekatan klinis," ujar Isti.

Kadar IL-6 yang tinggi berpotensi, ia melanjutkan, menyebabkan inflamasi di otak, mengganggu fungsi sinaptik, serta mempengaruhi nafsu makan dan perilaku. Peningkatan IL-1β juga diketahui dapat mengganggu regulasi hipotalamus yang mengatur nafsu makan dan energi tubuh.

Bertindak selaku promotor Prof Amin Soebandrio, PhD, serta kopromotor ⁠Prof Dr Rini Sekartini, Sp.A dan ⁠Dr Ibnu Agus Ariyanto, S.Si, M.Biomed. Sementara Tim Penguji terdiri dari Prof Dr dr Tjhin Wiguna (Ketua), ⁠dr. Mulya R. Karyanti, PhD, ⁠Novika Purnama Sari, PhD, dan ⁠Prof. dr. Sofia Mubarika H, PhD.
Terlihat hadir dalam acara tersebut Ketua Komnas Disabilitas Dante Rigmalia dan Dubes RI untuk Qatar, Ridwan Hassan yang mengikuti secara online.

Penelitian ini diklaim menjadi salah satu penelitian pertama di Indonesia yang: Mengkaji hubungan antara CMV, sitokin, dan gejala perilaku anak autistik. Juga menjadi yang pertama dalam melibatkan analisis biomarker dan genetika secara bersamaan, serta menggunakan populasi anak Indonesia untuk memperkaya literatur ilmiah global.

Terkait penelitiannya ini, Isti Anindya merekomendasikan empat hal, yakni melakukan skrining dini infeksi CMV sebagai bagian dari deteksi dini faktor risiko autism. Kedua, melakukan penelitian longitudinal untuk memantau perubahan biomarker sepanjang perkembangan anak. Ketiga, pemeriksaan genetik lebih lanjut terhadap variasi genetik lain yang mungkin lebih relevan di populasi Indonesia, dan melakukan program edukasi komunitas untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan imunologi pada anak-anak.

Penelitian ini didukung oleh BRIN, LPDP-BPI, dan Peduli ASD, serta dipublikasikan secara internasional di jurnal yang terindeks PubMed (PMID: 40002751).


(kna/up)

Read Entire Article
Kabar Sehat | Legenda | Hari Raya | Pemilu |