Jakarta -
Lari maraton dalam beberapa tahun terakhir tengah menjadi olahraga yang banyak diminati masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Tak sedikit pula masyarakat yang berlomba memacu adrenalin lewat berbagai event maraton, termasuk Surabaya Medic Air Run 2025.
Meski begitu, tidak sedikit dari runners mulai merasakan pegal, nyeri, atau bahkan cedera setelah maraton. Kondisi ini cukup umum terjadi, namun penting untuk memahami jenis cedera dan mengetahui waktu terbaik untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.
Dokter Spesialis Ortopedi di Mayapada Hospital Surabaya, Prof. DR. dr. Dwikora Novembri Utomo, SpOT(K) mengatakan ada berbagai jenis cedera olahraga yang dapat dialami pelari setelah maraton. Beberapa di antaranya, cedera paha karena otot hamstring yang bekerja intens, cedera lutut akibat benturan, dan cedera betis karena kontraksi otot berlebih.
Kemudian, sprain akibat gerakan sendi yang melebihi batas normal, strain karena tarikan berlebih pada otot atau tendon, hingga patah tulang dan pergeseran sendi atau dislokasi.
Dokter Spesialis Ortopedi di Mayapada Hospital Surabaya, dr. Reyner Valiant Tumbelaka, M.Ked.Klin, Sp.OT, mengatakan jika runners mengalami cedera tersebut, perlu dilakukan metode PRICE.
Metode PRICE terdiri dari, Protection yakni melindungi cedera dengan bidai atau penyangga. Lalu Rest, menghentikan aktivitas fisik agar tubuh dapat pulih. Ice, mengompres area cedera dengan es menggunakan handuk tipis selama 15-20 menit setiap 2-3 jam.
Kemudian Compression, mengompres dengan perban elastis untuk mengurangi pembengkakan. Selanjutnya Elevation, mengangkat bagian yang cedera lebih tinggi dari bagian tubuh lain untuk mengurangi pembengkakan.
"Penanganan awal umumnya bisa dilakukan dengan metode PRICE yang efektif untuk cedera ringan dan sebaiknya dilakukan segera setelah terjadi dan dilakukan selama 24 jam hingga 36 jam pertama," jelasnya.
"Namun, jika cedera terasa semakin parah dan menunjukkan tanda bengkak dan nyeri semakin parah, muncul benjolan atau perubahan bentuk, sendi berbunyi saat digerakkan, ketidakmampuan melakukan aktivitas, kehilangan keseimbangan, kesulitan bernapas, dan demam. Itu artinya kamu perlu berkonsultasi ke dokter untuk mendapat penanganan lanjut baik secara non-operatif maupun operatif, bergantung pada jenis cederanya," ungkapnya.
Sementara itu Dokter Spesialis Ortopedi Konsultan Cedera Olaharaga Mayapada Hospital Tangerang, dr. Petrasama, Sp.OT (K) mengatakan saat mengalami cedera, sebaiknya lakukan penanganan nonoperatif yang terdiri dari pemberian obat-obatan untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
"Kemudian, mengurangi frekuensi gerak tubuh (imobilisasi) dengan elastic bandage ringan dan light brace sebagai penopang eksternal. Dapat pula dilakukan fisioterapi dan rehabilitasi berupa sport massage, stimulasi listrik melalui kulit, ultrasound, terapi gelombang kejut (shockwave), laser, hingga latihan ruang gerak sendi serta penguatan otot," ungkapnya.
Di sisi lain, beberapa cedera perlu melibatkan tindakan operatif untuk mengatasi keluhan secara menyeluruh, salah satunya Arthroscopy.
"Arthroscopy dilakukan dengan teknik minimal invasif untuk diagnosis sekaligus penanganan masalah di dalam sendi. Teknik ini meminimalisir rasa nyeri dan risiko infeksi lebih kecil dan pemulihan berlangsung cepat. Operasi ini dilakukan berdasarkan evaluasi dan diagnosis dari pemeriksaan yang komprehensif," ungkap Dokter Spesialis Ortopedi Konsultan Cedera Olahraga Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Sapto Adji Hardjosworo, Sp.OT (K).
Layanan Medical Check Up Mayapada Hospital Surabaya
Untuk runners yang baru saja mengikuti Surabaya Medic Air Run 2025, Mayapada Hospital Surabaya siap mendukung proses pemulihan dengan layanan Medical Check Up (MCU) Runner, pemeriksaan VO2 Max, dan EKG.
Mayapada Hospital juga memiliki Sports Injury Treatment and Performance Center (SITPEC), pusat layanan cedera olahraga berstandar internasional yang mencakup pencegahan cedera, screening, peningkatan performa, penanganan cedera, hingga pemulihan. Layanan ini didukung tim dokter multidisiplin dan fasilitas lengkap seperti gym, VO2 Max, serta Body Composition Analysis.
Para runners juga dapat menjadwalkan konsultasi dengan dokter di SITPEC Mayapada Hospital melalui aplikasi MyCare, yang dapat membantu menentukan jadwal pemeriksaan, konsultasi dokter, hingga mengakses layanan kegawatdaruratan dengan mudah.
Aplikasi ini juga memiliki fitur Health Articles & Tips yang memuat tips dan informasi seputar olahraga lari, serta fitur Personal Health, yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit, untuk memantau jumlah langkah harian, kalori yang terbakar, detak jantung, hingga Body Mass Index (BMI).
Jadi, tunggu apa lagi? Segera unduh MyCare di Google Play Store atau App Store dan dapatkan reward poin potongan harga bagi pengguna baru untuk berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.
(prf/ega)