Jakarta -
Sarapan dapat membantu tubuh memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan energi, menyeimbangkan hormon, dan meningkatkan suasana hati. Namun, banyak orang yang tidak sarapan karena berbagai alasan, seperti merasa tidak lapar, jadwal yang padat, atau dengan tujuan menurunkan berat badan.
Nyatanya, melewatkan waktu sarapan bisa memberikan dampak yang buruk terhadap tubuh. Simak penjelasannya berikut ini.
Hal Buruk yang Bisa Terjadi saat Melewatkan Sarapan
Tidak sarapan bisa menimbulkan efek jangka pendek maupun jangka panjang. Dikutip dari laman Eating Well dan VN Express, berikut hal buruk yang bisa terjadi.
1. Kelelahan
Ketika bangun di pagi hari, kadar gula darah akan lebih rendah. Jika hal ini terjadi dalam kondisi yang lama, dalam artian tidak sarapan, maka kelelahan bisa dialami.
Otak bergantung pada glukosa untuk bekerja secara optimal. Glukosa terutama berasal dari karbohidrat yang bisa didapat dari sarapan. Sehingga, kandungan karbohidrat tersebut bisa membantu menjaga kadar gula darah yang sehat untuk meningkatkan energi, fokus mental, dan kekuatan otak.
2. Hormon Terganggu
Terlalu lama tidak mendapatkan makanan bisa menurunkan kadar gula darah dan mengacaukan kadar hormon. Hal ini dimulai dengan kortisol atau hormon stres.
"Kortisol sangat memengaruhi suasana hati, respon stres Anda, dan bagaimana Anda merespon tugas dan situasi sehari-hari. Umumnya, kadar kortisol lebih tinggi saat Anda bangun dan menurun seiring berjalannya hari. Sarapan bisa membantu mengelola kadar ini dan stres, memberi dorongan mental untuk menjalani hari," kata dokter keluarga bersertifikat, Laura Purdy, MD, MBA.
Seiring berjalannya waktu, gangguan pada keseimbangan hormon juga bisa memengaruhi kesehatan reproduksi dan menstruasi. Menurut ahli diet bernama Claire Rifkin MS, RDN, hormon ini bisa distabilkan lewat sarapan yang konsisten dan bergizi.
3. Merasa Lebih Cemas
Hormon yang tidak seimbang membuat rentan terhadap perubahan suasana hati. Menurut sebuah studi pada tahun 2020, melewatkan sarapan secara teratur dikaitkan dengan rendahnya kebahagiaan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma.
"Jika kortisol terus menerus tinggi, kadarnya dikaitkan dengan kecemasan dan depresi. Berita baiknya? Sarapan adalah kesempatan awal untuk menyehatkan otak dan kesehatan mental Anda," kata Rifkin.
"Sarapan yang bergizi lebih dari sekedar bahan bakar fisik, sarapan merupakan komponen penting dalam menjaga kesehatan mental dan emosional," tambahnya.
4. Penambahan Berat Badan
Banyak yang mengira bahwa tidak sarapan bisa membantu menurunkan berat badan. Tapi, faktanya, melewatkan sarapan malah meningkatkan rasa lapar dan mengakibatkan makan yang lebih banyak saat siang dan malam.
Kemungkinan ngemil di antara waktu makan juga bisa terjadi. Sehingga, hal ini bisa menyebabkan asupan kalori yang berlebihan dan mengakibatkan penambahan berat badan seiring waktu.
Sarapan yang mengandung makanan kaya protein bisa membantu menahan keinginan makan dan menyeimbagnkan kadar gula darah. Menurut sebuah studi di tahun 2018, makan sarapan berprotein tinggi secara konsisten mengurangi keinginan ngemil dan nafsu makan tidak sehat serta meningkatkan rasa kenyang, dibandingkan dengan melewatkan sarapan.
5. Membahayakan Kesehatan Jantung
Tidak sarapan juga bisa membahayakan kesehatan jantung. Sebuah meta-analisis pada tahun 2019 menunjukkan bahwa melewatkan sarapan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Hal itu mungkin terkait dengan efek metabolik dari melewatkan sarapan terhadap kadar gula darah, makan berlebihan di kemudian hari, dan hubungan antara melewatkan sarapan dan kebiasaan gaya hidup buruk yang dapat memicu penyakit jantung.
"Sebuah studi American Heart Association mendalami banyak penelitian tentang melewatkan sarapan dan dampaknya terhadap kesehatan jantung dan kondisi lainnya. Meskipun penelitian tidak sepenuhnya jelas tentang dampaknya karena banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis, tampaknya mereka yang sarapan dan makan pada waktu yang sama secara teratur memiliki profil jantung yang lebih sehat daripada mereka yang tidak," seorang praktisi perawat pengobatan fungsional, pengusaha kebugaran, dan pendiri Detox Daily, Maggie Berghoff.
"Yang terpenting adalah pola pikir dan perhatian terhadap jenis makanan yang Anda makan, mendapatkan nutrisi berkualitas dalam makanan Anda, dan secara konsisten terlibat dalam kebiasaan gaya hidup sehat," tambahnya.
(elk/kna)