Jakarta -
Pankreatitis merupakan gangguan kesehatan yang timbul karena adanya sel kanker pada jaringan pankreas. Kondisi ini bisa dipicu oleh pola makan yang buruk, konsumsi alkohol, atau faktor lainnya.
Pankreatitis sendiri terbagi menjadi dua jenis berdasarkan durasi dan intensitasnya. Pertama, Pankreatitis Akut. Menurut dr. Lukas Mulyono Samuel, Sp.PD-KGEH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hati dan Saluran Cerna di Mayapada Hospital Bandung, kondisi ini merupakan peradangan yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan nyeri hebat pada penderitanya.
"Pankreatitis akut biasanya ditandai dengan nyeri di bagian tengah perut, tetapi kadang juga dapat dirasakan di sisi kanan atau kiri. Rasa sakitnya bisa menjalar ke dada dan punggung, serta cenderung memburuk saat berbaring setelah makan, terutama setelah mengonsumsi makanan berlemak," jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (19/5/2025).
Gejala umumnya meliputi demam, gangguan pencernaan, diare, mual, muntah, perut membengkak dan terasa nyeri saat ditekan. Warna kekuningan pada kulit dan mata juga bisa muncul, yang mengindikasikan masalah di organ hati atau saluran empedu. Beberapa penderita bahkan mengalami peningkatan denyut jantung abnormal atau takikardia.
"Gejala tersebut dipicu oleh berbagai penyebab, salah satunya batu empedu yang menyumbat saluran pankreas dan memicu peradangan. Sekitar 40 persen kasus pankreatitis akut disebabkan oleh batu empedu, sementara 30 persen lainnya dipicu oleh konsumsi alkohol berlebihan. Selain itu, pankreatitis juga bisa terjadi karena faktor genetik seperti cystic fibrosis, kadar trigliserida yang tinggi, efek samping obat-obatan, atau bahkan infeksi virus," tuturnya.
Sementara itu, dr. Hendra Nurjadin, Sp.PD-KGEH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Gastroenterologi Hepatologi Mayapada Hospital Tangerang, menjelaskan jenis kedua, yakni pankreatitis kronis berkembang secara perlahan dan dapat menyebabkan kerusakan permanen pada pankreas. Nyeri perut yang terasa panas di bagian tengah atau kiri perut dan menjalar ke punggung menjadi gejala utamanya.
"Kerusakan pankreas yang terjadi pada pankreatitis kronis akan menghentikan fungsi pankreas, yang berarti produksi hormon insulin dan enzim pencernaan juga terhambat, menyebabkan komplikasi serius lainnya seperti diabetes dan gangguan pencernaan," kata dr. Hendra.
Diagnosis pankreatitis dilakukan melalui pemeriksaan darah untuk mengukur kadar enzim amilase dan lipase, serta pemeriksaan penunjang seperti USG, CT Scan, MRI, dan prosedur ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography). Prosedur ERCP ini digunakan untuk melihat saluran pankreas dan empedu, serta dapat sekaligus menangani penyumbatan akibat batu empedu dengan teknik endoskopi.
"ERCP adalah prosedur medis yang menggabungkan endoskopi dan sinar-X untuk mendeteksi batu empedu atau menilai tingkat keparahan pankreatitis. Prosedur ini umumnya direkomendasikan untuk pankreatitis akut yang disebabkan oleh batu empedu. Dengan menggunakan selang tipis berkamera (endoskop), dokter akan memasukkannya melalui mulut, lalu meneruskannya ke kerongkongan, lambung, hingga usus dua belas jari untuk mencapai saluran empedu dan pankreas," jelasnya.
Ia menambahkan, ERCP tidak hanya berfungsi untuk mendiagnosis, tetapi juga untuk mengatasi Pankreatitis dengan mengeluarkan atau menghancurkan batu empedu yang menyumbat saluran pankreas. Dapat pula dilakukan untuk melebarkan saluran empedu atau pankreas yang menyempit, memasang stent dan ring, bahkan mengambil sampel jaringan untuk pemeriksaan lebih lanjut jika ada kecurigaan kanker.
Deteksi dini pankreatitis sangat disarankan sebelum kondisi berkembang menjadi lebih serius. Bagi masyarakat yang memiliki faktor risiko atau mulai merasakan gejala, sebaiknya segera berkonsultasi ke layanan spesialis saluran cerna seperti Gastrohepatology Center di Mayapada Hospital. Fasilitas ini menyediakan pelayanan menyeluruh, mulai dari pemeriksaan awal hingga penanganan dengan teknologi modern oleh tim dokter multidisiplin.
Proses pendaftaran layanan skrining bisa dilakukan secara praktis melalui aplikasi MyCare. Bagi pemegang asuransi kesehatan seperti Allianz, Mayapada Hospital juga menyediakan fasilitas rawat jalan dan rawat inap non-tunai (cashless) di seluruh unit rumah sakit.
Aplikasi MyCare turut dilengkapi berbagai fitur, seperti artikel kesehatan, tips medis, serta pemantauan kebugaran-termasuk detak jantung, jumlah langkah harian, kalori terbakar, hingga indeks massa tubuh (BMI). Aplikasi ini dapat diunduh melalui Google Play Store dan App Store, dan pengguna baru akan mendapatkan reward point yang bisa ditukar untuk potongan biaya layanan.
(akn/ega)